Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Pembentukan Kepribadian
Aneka warna materi yang menjadi isi
dan sasaran dari pengetahuan, perasaan, kehendak, serta keinginan kepribadian
serta perbedaan kualitas hubungan antara berbagai unsur kepribadian dalam
kesadaran individu, menyebabkan adanya beraneka macam struktur kepribadian pada
setiap manusia yang hidup di muka bumi, unik dan berbeda dengan kepribadian
individu yang lain.
Diantara aneka warna materi tersebut
ada yang menyebabkan terjadinya satu tingkah laku berpola disebut dengan
kebiasaan (habit), menyebabkan timbulnya adat-istiadat (customs) yang dalam hal
ini bermakna sebagai suatu pengetahuan, gagasan, dan konsep yang dianut oleh
sebagian besar warga suatu masyarakat, materi yang menyebabkan timbulnya
kepribadian (personality), serta segala macam tingkah-laku yang menjadi pola
umum bagi sebagian besar masyarakat yang diatur dalam adat-istiadat
(kepribadian umum), biasanya berwujud pola-pola tindakan yang saling berkaitan
satu dengan lain itu, biasanya disebut dengan sistem sosial (social system).
Kepribadian umum (modal personality) adalah
kepribadian yang ada pada sebagian besar warga suatu masyarakat, yang disebut
juga dengan istilah watak umum.Pembentukan kepribadian seseorang berlangsung
dalam suatu proses yang disebut dengan sosialisasi, yaitu suatu proses dengan
mana seseorang menghayati (mendarah-dagingkan-internalize) norma-norma kelompok
dimana ia hidup sehingga muncullah dirinya yang “unik”.
Faktor-faktor yang berpengaruh dalam pembentukan
kepribadian sebagai proses sosialisasi mencakup:
1. Warisan biologis.
2. Lingkungan fisik.
3. Kebudayaan.
4. Pengalaman kelompok.
5. pengalaman unik.
2. Lingkungan fisik.
3. Kebudayaan.
4. Pengalaman kelompok.
5. pengalaman unik.
A. Warisan Biologis
Semua manusia yang normal dan sehat
mempunyai persamaan biologis tertentu, seperti mempunyai dua tangan, panca
indera, kelenjar seks, dan otak yang rumit. Persamaan biologis ini membantu
menjelaskan beberapa persamaan dalam kepribadian dan perilaku semua orang,Setiap
warisan biologis seserang juga bersifat unik, yang berarti, bahwa tidak seorang
pun (kecuali anak kembar) yang mempunyai karakteristik fisik yang hampir sama, Beberapa
orang percaya bahwa kepribadian seseorang tidak lebih dari sekedar penampilan
warisan biologisnya. Karakteristik kepribadian seperti ketekunan, ambisi,
kejujuran, kriminalitas, kelainan seksual, dan ciri yang lain dianggap timbul
dari kecenderungan-kecenderungan turunan.
Bahkan ada yang beranggapan, melalui
tampilan fisik dapat diketahui bagaimana kepribadian orang tersebut. Contoh
dalam hal ini dapat dilihat dalam buku-buku primbon Jawa, mulai dari fisik,
rambut, kulit, bentuk muka, hingga tahi lalat.
Dewasa ini tidak banyak lagi yang masih mempercayai
anggapan ini. Pandangan sekarang ini menyatakan bahwa kepribadian seseorang
dibentuk oleh pengalaman. Sebenarnya perbedaan individual dalam kemampuan,
prestasi, dan perilaku hampir semuanya berhubungan dengan lingkungan, dan bahwa
perbedaan individu dalam warisan biologis tidak begitu penting, Fenomena
kontradiktif ini, antara “bawaan dan asuhan”, berlangsung cukup lama, dan
masing-masing memiliki penganut yang cukup besar. Suatu penelitian terhadap
2.500 anak kembar siswa SLTA merupakan salah satu langkah untuk mencari derajat
kebenaran dari masing-masing anggapan dikemukakan oleh Nichols (1977), hasilnya
menyimpulkan bahwa hampir setengah variasi di antara orang-orang dalam spektrum
ciri-ciri psikologis yang luas adalah akibat dari perbedaan karakteristik
genetis, sedangkan setengahnya lagi adalah akibat lingkungan.
Penelitian lain dilaksanakan
Medico-genetical Institute di Moskow, yang memisahkan seribu pasangan anak
kembar ketika masih bayi dan menempatkan mereka dalam lingkungan yang
terkendali untuk diamati selama 2 tahun. Hasilnya mendukung dengan jelas suatu
dasar keturunan dalam beberapa ciri, termasuk perbedaan kecerdasan, Masalah
warisan biologis/keturunan versus lingkungan pada dasarnya bukan hanya masalah
ilmiah, tetapi juga politis. Seperti gusarnya golongan Marxis (penganut ajaran
Marx) melihat bukti bahwa ada perbedaan dalam kecakapan bawaan, kalangan
konservatif (kolot, konvensional, tradisional) yang dengan senang hati
menggunakan bukti kecakapan warisan yang berbeda untuk memperoleh hak yang
berbeda, Perbedaan individual dalam warisan biologis adalah nyata, terlepas
dari apakah kenyataannya demikian menyebabkan seseorang bahagia atau tidak.
Untuk beberapa ciri, warisan biologis lebih penting daripada yang lain.
Misalnya, beberapa penelitian menunjukkan bahwa IQ anak angkat lebih mirip
dengan IQ orang tua kandungnya daripada dengan orang tua angkatnya (Horton,
1993). Namun, meskipun perbedaan individual dalam IQ tampaknya lebih banyak
ditentukan oleh keturunan daripada oleh lingkungan, banyak perbedaan yang
lainnya ditentukan oleh lingkungan. Suatu studi baru-baru ini menemukan bukti
bahwa faktor keturunan berpengaruh kuat terhadap keramah-tamahan, perilaku kompulsif
(memaksa) dan kemudahan dalam pergaulan sosial, tetapi faktor keturunan tidak
begitu penting dalam kepemimpinan, pengendalian dorongan impulsif (cepat
bertindak), sikap, dan minat.
Kesimpulannya, bahwa warisan biologis penting dalam
beberapa ciri kepribadian dan kurang penting dalam hal-hal lain. Tidak ada
kasus yang dapat mengukur pengaruh keturunan dan lingkungan dengan tepat,
tetapi banyak ilmuwan sependapat bahwa apakah potensi warisan seseorang
berkembang sepenuhnya, sangat dipengaruhl oleh pengalaman sosial orang yang
bersangkutan, Beberapa orang berpandangan bahwa orang gemuk adalah periang,
bahwa orang dengan kening yang lebar cerdas, bahwa orang berambut merah
berwatak mudah meledak/marah, bahwa orang dengan rahang lebar mempunyai
kepribadian yang kuat. Banyak keyakinan umum seperti itu telah terbukti tidak
benar ketika diuji secara empiris, meskipun kadang-kadang ditemukan beberapa
hubungan yang absah, Sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Bar (1977)
dengan membandingkan kelompok sampel berambut merah dengan suatu kelompok
kendali yang terdiri dari orang-orang dengan berbagai warna rambut dan
melaporkan bahwa watak si rambut merah umumnya memang lebih sering
meledak-ledak dan agresif. la mengemukakan adanya hubungan genetis antara karakteristik
fisik (rambut merah) dengan karakteristik kepribadian (mudah meledak, agresif).
Penjelasan lain menyatakan bahwa setiap karakteristik
fisik didefinisikan secara sosial dan kultural dalam setiap masyarakat (Horton,
1993). Misalkan, gadis gemuk dikagumi di Dahomey. Suatu karakteristik fisik
dapat menjadikan seseorang cantik dalam suatu masyarakat dan menjadi “anak
bebek buruk rupa” dalam masyarakat lain. Oleh karena itu, karakteristik fisik
tertentu menjadi suatu faktor dalam perkembangan kepribadian sesuai dengan
bagaimana ia didefinisikan dan diperlakukan dalam masyarakat dan oleh kelompok
acuan seseorang. Kalau orang berambut merah diharapkan mudah meledak dan
dibenarkan kalau marah, tidak mengherankan bila mereka menjadi pemarah.
Sebagaimana dinyatakan diatas, orang menanggapi harapan perilaku dari orang
lain dan cenderung menjadi berperilaku seperti yang diharapkan oleh orang lain
tersebut, Sebagai kesimpulan, karakteristik fisik jarang menghasilkan
sifat-sifat perilaku tertentu, harapan sosial dan kulturallah yang
menyebabkannya
demikian.
demikian.
B. Lingkungan Fisik
Sorokin (1928) menyimpulkan teori
beratus-ratus penulis dari Conficius, Aristoteles, dan Hipocrates sampai kepada
ahli geografi Ellsworth Huntington, yang menekankan bahwa perbedaan perilaku kelompok
terutama disebabkan oleh perbedaan iklim, topografi, dan sumber alam. Teori
tersebut sesuai benar dengan kerangka etnosentris (pandangan yang menyatakan
anggota badan kita lebih baik dibandingkan dengan lainnya, karena geografi
memberikan keterangan yang cukup baik dan jelas objektif terhadap kebajikan
nasional dan sifat-sifat buruk orang lain, Pada umumnya diakui bahwa lingkungan
fisik mempengaruhi kepribadian. Bangsa Athabascans memiliki kepribadian yang
dominan yang menyebabkan mereka dapat bertahan hidup dalam iklim yang lebih
dingin daripada daerah Arctic.
Orang pedalaman Australia harus
berjuang dengan gigih untuk tetap hidup, padahal bangsa Samoa hanya memerlukan
sedikit waktu setiap harinya untuk mendapatkan lebih banyak makanan daripada
yang bisa mereka makan. Malah sekarang beberapa daerah hanya dapat menolong
sebagian kecil penduduk yang tersebar sangat jarang, dan kepadatan penduduk
mempengaruhi kepribadian. Suku Ik dari Uganda sedang mengalami kelaparan secara
perlahan, karena hilangnya tanah tempat perburuan tradisional, dan menurut
Turnbull (1973) mereka menjadi sekelompok orang yang paling tamak, paling rakus
di dunia; sama sekali tidak memiliki keramahan, tidak suka menolong atau tidak
mempunyai rasa kasihan, malah merebut makanan dari mulut anak mereka dalam
perjuangan mempertahankan hidup. Suku Quolla dari Peru digambarkan oleh Trotter
(1973) sebagai sekelompok orang yang paling keras di dunia, dan ia
menghubungkan hal ini dengan hipoglikemia (menurunnya kandungan glukosa darah)
yang timbul karena kekurangan makanan, Jelaslah bahwa lingkungan fisik
mempengaruhi kepribadian dan perilaku. Namun, dari lima faktor tersebut di
atas, lingkungan fisik merupakan faktor yang paling tidak penting, jauh kurang
pentingnya dari faktor kebudayaan, pengalaman kelompok, atau pengalaman unik.
C. Kebudayaan
Beberapa pengalaman umum bagi
seluruh kebudayaan, dimana bayi dipelihara atau diberi makan oleh orang yang
lebih tua, hidup dalam kelompok, belajar berkomunikasi melalui bahasa,
mengalami hukuman dan menerima imbalan/pujian dan semacamnya, serta mengalami
pengalaman lain yang umum dialami oleh jenis manusia, Setiap masyarakat
sebenarnya memberikan pengalaman tertentu yang tidak diberikan oleh masyarakat
lain kepada anggotanya. Dari pengalaman sosial yang sebenarnya yang umum bagi
seluruh anggota masyarakat tertentu, timbullah konfigurasi kepribadian yang
khas dari anggota masyarakat tersebut. DuBois menyebutnya sebagai “modal
personality” (diambil dari istilah statistis “mode” yang mengacu pada suatu
nilai yang paling sering timbul dalam berbagai seri).
Beberapa contoh dari pengaruh unsur
kebudayaan terhadap kepribadian, sebagaimana kasus suku Dobu di Melanisia
(Horton, 1993). Anak suku Dobu yang lahir ke dunia hanya pamannya yang mungkin menyayanginya,
terhadap siapa ia akan menjadi ahli warisnya, Ayahnya yang lebih tertarik
kepada anak-anak saudara perempuannya biasanya membencinya, karena si ayah
harus menunggu sampai anak tersebut disapih untuk dapat melakukan hubungan
seksual dengan ibunya. Sering juga ia tidak diharapkan oleh ibunya dan tidak
jarang terjadi pengguguran, Hidup suku Dobu diatur oleh ilmu sihir, penyebab
kejadian bukan berasal dari alam; semua gejala dikendalikan oleh ilmu sihir
yang telah dikenakan terhadap seseorang dan menyebabkan balas dendam dari
keluarganya. Bahkan mimpipun diinterpretasikan sebagai sihir. Malah nafsu
seksual tidak akan muncul apabila tidak menanggapi penyihiran cinta orang lain,
yang membimbingnya menuju kepadanya, sementara daya sihir cinta seseorang
menunjukkan keberhasilannya. Setiap orang Dobu selalu merasa takut akan
diracun. Makanan dijaga dengan waspada pada waktu dimasak dan hanya dengan
beberapa orang tertentulah orang Dobu bersedia makan bersama. Setiap saat
setiap desa melindungi diri dari semua pasangan yang berkunjung dari desa lain,
dan semua tamu ini tidak dapat dipercayai oleh yang punya rumah dan para tamu
sendiri tidak saling percaya. Sungguh tidak seorang pun dapat dipercaya penuh;
para suami cemas terhadap sihir isterinya dan takut terhadap mertua. Sepintas
lalu, hubungan sosial di Dobu adalah cerah dan sopan meskipun keras dan tanpa
humor. Pertentangan hanyalah sedikit, karena menghina atau bermusuhan
berbahaya. Namun, teman-teman juga berbahaya. Persahabatan mungkin merupakan awal
pengracunan atau pengumpulan bahan (rambut, kuku tangan) yang berguna untuk
menyihir.
Kepribadian yang berkembang dalam
kebudayaan semacam itu? setiap orang Dobu bersifat bermusuhan, curiga, tidak
dapat dipercaya, cemburu, penuh rahasia, dan tidak jujur. Sifat-sifat ini
merupakan tanggapan yang rasional, karena orang Dobu hidup dalam dunia yang
penuh kejahatan, dikelilingi musuh dan tukang sihir, Pada akhirnya mereka yakin
akan dihancurkan. Walaupun mereka melindungi diri dengan sihir mereka, tetapi
mereka tidak pemah merasakan perlindungan yang nyaman. Mimpi buruk mungkin
menyebabkan mereka terkapar di tempat tidur berhari-hari. dan ini adalah suatu
hal yang nyata, benar bukan hayalan/irasional, Contoh kasus lain adalah yang
terjadi pada suku Zuni di Meksiko, yang diidentifikasikan sebagai bangsa yang
tenang dalam lingkungan yang sehat secara emosional. Kelahiran anak disambut
dengan hangat, diperlakukan dengan kemesraan yang lembut dan banyak mendapat
kasih sayang. Tanggung jawab dalam mendidik anak sungguh besar dan menyebar;
seorang anak akan ditolong atau diperhatikan oleh setiap orang dewasa yang ada.
Menghadapi benteng orang dewasa yang terpadu, anak-anak jarang berperilaku
salah; dan sekalipun mungkin dikata-katai, tetapi jarang dihukum. Rasa malu adalah
alat kendali yang paling utama yang sangat sering ditimbulkan di depan orang
lain, Berkelahi dan perilaku agresif sangat tidak disetujui dan orang Zuni
dididik untuk mengendalikan nafsu mereka pada usia muda. Pertengkaran terbuka
hampir tidak tampak. Nilai-nilai orang Zuni menekankan hormat, kerja sama dan
ketiadaan persaingan, agresivitas atau keserakahan. Ketidakwajaran dalam segala
bentuk ditolak, dan alkohol umumnya ditolak karena mendorong perilaku yang
tidak wajar. Harta dinilai untuk penggunaan langsung, bukan untuk prestise atau
simbol kekuasaan.
Walaupun orang Zuni tidak ambisius, mereka memperoleh
kekuasaan melalui pengalaman dalam upacara, nyanyian, dan fetis agama. Seorang
yang “miskin” bukanlah orang yang tidak memiliki harta, tetapi orang yang tidak
memiliki sumber dan hubungan yang bersifat upacara (seremonial). Kehidupan
upacara memenuhi setiap segi kehidupan orang Zuni.
Kerja sama, perilaku yang wajar dan
minimnya individualisme meresap dalam perilaku orang Zuni. Milik pribadi
tidaklah penting dan siap untuk dipinjamkan pada orang lain. Anggota rumah
tangga yang bersifat matrilineal bekerja bersama sebagai suatu kelompok dan
hasil tanaman disimpan dalam gudang umum. Setiap orang bekerja untuk
kepentingan
kelompok, bukan untuk kepentingan pribadi. Peran pemimpin jarang dicari tetapi harus dipaksakan pada seseorang. Isyu dan perselisihan diselesaikan secara wajar bukan dengan permohonan pada penguasa atau dengan mempertunjukkan kekuasaan atau dengan perdebatan yang berkepanjangan, tetapi dengan diskusi yang lama dan sabar. Keputusan mayoritas sederhana tidak menyelesaikan persoalan secara menyenangkan, kesepakatan (konsensus) perlu dan kesepakatan bulat diharapkan.
kelompok, bukan untuk kepentingan pribadi. Peran pemimpin jarang dicari tetapi harus dipaksakan pada seseorang. Isyu dan perselisihan diselesaikan secara wajar bukan dengan permohonan pada penguasa atau dengan mempertunjukkan kekuasaan atau dengan perdebatan yang berkepanjangan, tetapi dengan diskusi yang lama dan sabar. Keputusan mayoritas sederhana tidak menyelesaikan persoalan secara menyenangkan, kesepakatan (konsensus) perlu dan kesepakatan bulat diharapkan.
Bagaimana perkembangan kepribadian
orang Zuni? sangat bertentangan dengan kepribadian normal di antara orang Dobu.
Bila bangsa Dobu bersifat curiga dan tidak dapat dipercaya, bangsa Zuni
mempunyai kepercayaan diri dan dapat dipercaya; bila bangsa Dobu cemas dan
merasa tidak aman, bangsa Zuni merasa aman dan tentram. Bangsa Zuni umumnya
memiliki watak yang suka mengalah dan pemurah, sopan dan suka bekerja sama.
Bangsa Zuni adalah orang-orang konformis yang tanpa pikir, karena menjadi
seseorang yang nyata-nyata berbeda dari orang lain dapat menyebabkan seseorang
atau kelompok itu sangat cemas. Hal ini membantu mengendalikan perilaku tanpa
perasaan berdosa dan bersalah yang banyak ditemukan dalam banyak masyarakat, Bertolak
dari contoh di atas, dapat diketahui ada beberapa segi dari kebudayaan yang
mempengaruhi proses perkembangan kepribadian, yaitu norma-norma kebudayaan
masyarakat dan proses sosialisasi diri, Norma-norma kebudayaan yang ada dalam
lingkungan masyarakat mengikat manusia sejak saat kelahirannya. Seorang anak
diperlakukan dalam cara-cara yang membentuk kepribadian. Setiap kebudayaan
menyediakan seperangkat pengaruh umum, yang sangat berbeda dari masyarakat ke
masyarakat. Linton mengatakan bahwa setiap kebudayaan menekankan serangkaian
pengaruh umum terhadap individu yang tumbuh di bawah kebudayaan masyarakat, Pengaruh-pengaruh
ini berbeda dari satu kebudayaan ke kebudayaan lain, tetapi semuanya merupakan
denominator pengalaman bagi setiap orang yang termasuk ke dalam masyarakat
tersebut.
Penelitian dalam soal perkembangan
kepribadian dalam kebudayaan juga telah gagal dalam membuktikan teori Freud
tentang hasil cara mengasuh anak yang khusus. Dimana hasilnya menunjukkan bahwa
suasana lingkungan keseluruhan merupakan hal penting dalam perkembangan
kepribadian, bukan cara tertentu yang spesifik. Apakah seorang anak diberi susu
ASI atau susu botol, tidaklah penting; yang penting adalah apakah cara
pemberian susu itu dilakukan dalam kondisi yang merupakan suasana mesra dan
penuh kasih sayang dalarn dunia yang hangat dan aman; atau kejadian biasa yang
terburu-buru dalam situasi yang tanpa perasaan, kurang tanggap dan tidak akrab,
Seorang bayi lahir ke dunia ini sebagai suatu organisme kecil yang egois yang
penuh dengan segala macam kebutuhan fisik. Kemudian ia menjadi seorang manusia
dengan seperangkat sikap dan nilai, kesukaan dan ketidaksukaan, tujuan serta
maksud, pola reaksi, dan konsep yang mendalam serta konsisten tentang dirinya.
Setiap orang memperoleh semua itu melalui suatu proses yang disebut
sosialisasi.
Sosialisasi adalah suatu proses dengan mana seseorang
menghayati (mendarah dagingkan-internalize) norma-nonna kelompok di mana ia
hidup sehingga timbullah “diri” yang unik.
D. Pengalaman Kelompok
Pada awal kehidupan manusia tidak
ditemukan apa yang disebut diri. Terdapat organisme fisik, tetapi tidak ada
rasa pribadi. Kemudian bayi mencoba merasakan batas-batas tubuhnya, mereka
mulai mengenali orang. Kemudian beranjak dari nama yang membedakan status
menjadi nama yang mengidentifikasi individu, termasuk dirinya. Kemudian mereka
menggunakan kata “saya” yang merupakan suatu tanda yang jelas atas kesadaran
diri yang pasti. Suatu tanda bahwa anak tersebut telah semakin sadar sebagai
manusia yang berbeda dari yang lainnya, Dengan kematangan fisik serta akumulasi
pengalaman-pengalaman sosialnya anak itu membentuk suatu gambaran tentang
dirinya. Pembentukan gambaran diri seseorang mungkin merupakan proses tunggal
yang sangat penting dalam perkembangan kepribadian, Pengalaman sosial merupakan
suatu hal penting untuk pertumbuhan manusia. Perkembangan kepribadian bukanlah
hanya sekedar pembukaan otomatis potensi bawaan. Tanpa pengalaman kelompok,
kepribadian manusia tidak berkembang. Bahkan dapat dikatakan bahwa manusia
membutuhkan pengalaman kelompok yang intim bila mereka ingin berkembang sebagai
makluk dewasa yang normal.
Keberadaan kelompok dalam masyarakat
merupakan suatu hal penting dalam perkembangan kepribadian seseorang, karena
kelompokkelompok ini merupakan model untuk gagasan atau norma-norma perilaku
seseorang. Kelompok semacam itu disebut kelompok acuan (reference group).
Mula-mula kelompok keluarga adalah kelompok yang terpenting, karena kelompok
ini merupakan kelompok satu-satunya yang dimiliki bayi selama masa-masa yang
paling peka. Semua yang berwenang setuju bahwa ciri-ciri kepribadian dasar dari
individu dibentuk pada tahun-tahun pertama ini dalam lingkungan keluarga.
Kemudian, kelompok sebaya (peer group), yakni kelompok lain yang sama usia dan
statusnya, menjadi penting sebagai suatu kelompok referens. Kegagalan seorang
anak untuk mendapatkan pengakuan sosial dalam kelompok sebaya sering diikuti
oleh pola penolakan sosial dan kegagalan sosial seumur hidup. Apabila seorang
belum memiliki ukuran yang wajar tentang penerimaan kelompok sebaya adalah sulit,
kalau tidak dapat dikatakan mustahil, bagi seorang untuk mengembangkan gambaran
diri yang dewasa sebagai seorang yang berharga dan kompeten, Kelompok acuan ini
dalam perkembangannya mengalami pergantian seiring dengan usia dan aktifitas
individu yang bersangkutan. Hanya perlunya disadari bahwa dari ratusan
kemungkinan kelompok referens yang menjadi penting bagi setiap orang dan dari
evaluasi kelompok ini gambaran diri seseorang secara terus-menerus dibentuk dan
diperbaharui, Oleh karena itu, tidaklah salah kalau dikatakan bahwa setiap
individu bisa menjadi acuan atau referens bagi individu lainnya dalam
pembentukan kepribadian yang bersangkutan, demikian juga sebaliknya, Masyarakat
yang kompleks/majemuk memiliki banyak kelompok dan kebudayaan khusus dengan
standar yang berbeda dan kadangkala bertentangan. Seseorang dihadapkan pada
model-model perilaku yang pada suatu saat dipuji sedang pada saat lain dicela
atau disetujui oleh beberapa kelompok dan dikutuk oleh kelompok lainnya. Dengan
demikian seorang anak akan belajar bahwa ia harus “tangguh” dan mampu untuk
“menegakkan haknya”, namun pada saat yang sama ia pun harus dapat berlaku
tertib, penuh pertimbangan dan rasa hormat. Dalam suatu masyarakat di mana
setiap orang bergerak dalam sejumlah kelompok dengan standar dan nilai yang
berbeda, setiap orang harus mampu menentukan cara untuk mengatasi
tantangan-tantangan yang serba bertentangan.
E. Pengalaman yang Unik
Mengapa anak-anak yang dibesarkan dalam lingkungan
keluarga yang sama sedemikian berbeda satu dengan yang lainnya, sekalipun
mereka pernah mendapatkan pengalaman yang sama? Masalahnya adalah karena mereka
tidak mendapatkan pengalaman yang sama; mereka pernah mendapatkan pengalaman
yang serupa dalam beberapa hal dan berbeda dalam beberapa hal lainnya, Setiap
anak memasuki suatu unit/kesatuan keluarga yang berbeda. Anak yang dilahirkan
pertama, yang merupakan anak satu-satunya sampai kelahiran anak yang kedua,
kemudian akan mempunyai adik laki-laki atau perempuan dengan siapa ia dapat
bertengkar. Orang tua berubah dan tidak memperlakukan sama semua anak-nya.
Anak-anak memasuki kelompok sebaya yang bebeda, mungkin mempunyai guru yang
berbeda dan berhasil melampaui peristiwa yang berbeda pula, Sepasang anak
kembar mempunyai warisan (heredity) yang identik dan (kecuali bila dipisahkan)
lebih cenderung memperoleh pengalaman yang sama. Mereka berada dalam suatu
keluarga bersama-sama, seringkali mempunyai kelompok sebaya yang sama, dan
diperlakukan kurang lebih sama oleh orang lain; akan tetapi bahkan anak kembar
pun tidakalami bersama seluruh peristiwa dan pengalaman. Karena pengalaman
setiap orang adalah unik dan tidak ada persamaannya. Pengalaman sendiripun
tidak ada yang secara sempurna dapat menyamainya.
Suatu inventarisasi dari pengalaman sehari-hari berbagai
anak-anak dalam suatu keluarga yang sama akan mengungkapkan banyaknya
perbedaan. Maka setiap anak (terkecuali anak kembar yang identik) mempunyai
warisan biologis yang unik, yang benar-benar tidak seorangpun dapat
mehyamainya, dan demikian pula halnya suatu rangkaian pengalaman hidup yang
unik tidak dapat benar-benar disamai oleh pengalaman siapapun, Pengalaman
tidaklah sekedar bertambah, akan tetapi menyatu. Kepribadian tidaklah dibangun
dengan menyusun suatu peristiwa di atas peristiwa lainnya sebagaimana membangun
tembok bata. meniru satu sama lainnya, akan tetapi mereka juga berusaha untuk
memiliki identitas sendiri. Anak-anak yang lebih muda seringkali menolak
kegiatan yang telah dikerjakan dengan baik oleh kakak-kakaknya, dan mencari
pengakuan melalui kegiatan-kegiatan lainnya. Tanpa disadari, orang tua membantu
proses seleksi ini. Seorang ibu dapat mengatakan, “Susi si kecil adalah
pembantu mama, tetapi aku pikir Anna akan menjadi anak perempuan yang
kelaki-lakian”, ketika Susi mulai merapikan meja, sedangkan Anna sedang
berjumpalitan di tangga, Jadi dalam hubungan ini dan dalam banyak hal lainnya
setiap pengalaman hidup seseorang adalah unik. Unik dalam pengertian tidak
seorangpun mengalami serangkaian pengalaman seperti ini dengan cara yang persis
sama dan unik dalam pengertian bahwa tidak seorangpun mempunyai latar belakang
pengalaman yang sama, setiap peristiwa baru akan menimbulkan pengaruh yang akan
dapat diperoleh suatu makna.
Permisi Admin Blog jejak Sadulur, saya mau bertanya : Sosialisasi itu merupakan satu-satunya proses pembentuk kepribadian ataukah merupakan salah satu proses pembentuk kepribadian .. dan bisa dijelaskan mengapa demikian ? Terima Kasi :)
BalasHapusadakah referensinya??
BalasHapustrims..
referensinya, dimana ya?
BalasHapus