Prilaku Hubungan Sosial dan Solidaritas Antar Teman pada Prilaku Gaya Hidup Remaja
|
Pada
masa remaja, terdapat banyak hal baru yang terjadi, dan biasanya lebih
bersifat menggairahkan, karena hal baru yang mereka alami merupakan
tanda-tanda menuju kedewasaan. Dari masalah yang timbul akibat
pergaulan, keingin tahuan tentang asmara dan seks, hingga
masalah-masalah yang bergesekan dengan hukum dan tatanan sosial yang
berlaku di sekitar remaja.
Hal-hal yang terakhir ini biasanya terjadi karena banyak faktor, tetapi berdasarkan penelitian, jumlah yang terbesar adalah karena "tingginya" rasa solidaritas antar teman, pengakuan kelompok, atau ajang penunjukkan identitas diri. Masalah akan timbul pada saat remaja salah memilih arah dalam berkelompok. Banyak ahli psikologi yang menyatakan bahwa masa remaja merupakan masa yang penuh masalah, penuh gejolak, penuh risiko (secara psikologis), over energi, dan lain sebagainya, yang disebabkan oleh aktifnya hormon-hormon tertentu. Tetapi statement yang timbul akibat pernyataan yang stereotype dengan pernyataan diatas, membuat remaja pun merasa bahwa apa yang terjadi, apa yang mereka lakukan adalah suatu hal yang biasa dan wajar. Minat untuk berkelompok menjadi bagian dari proses tumbuh kembang yang remaja alami. Yang dimaksud di sini bukan sekadar kelompok biasa, melainkan sebuah kelompok yang memiliki kekhasan orientasi, nilai-nilai, norma, dan kesepakatan yang secara khusus hanya berlaku dalam kelompok tersebut. Atau yang biasa disebut geng. Biasanya kelompok semacam ini memiliki usia sebaya atau bisa juga disebut peer group. Demi kawan yang menjadi anggota kelompok ini, remaja bisa melakukan dan mengorbankan apa pun, dengan satu tujuan, Solidaritas. Geng, menjadi suatu wadah yang luar biasa apabila bisa mengarah terhadap hal yang positif. Tetapi terkadang solidaritas menjadi hal yang bersifat semu, buta dan destruktif, yang pada akhirnya merusak arti dari solidaritas itu sendiri. Demi alasan solidaritas, sebuah geng sering kali memberikan tantangan atau tekanan-tekanan kepada anggota kelompoknya (peer pressure) yang terkadang berlawanan dengan hukum atau tatanan sosial yang ada. Tekanan itu bisa saja berupa paksaan untuk menggunakan narkoba, mencium pacar, melakukan hubungan seks, melakukan penodongan, bolos sekolah, tawuran, merokok, corat-coret tembok, dan masih banyak lagi. Secara individual, remaja sering merasa tidak nyaman dalam melakukan apa yang dituntutkan pada dirinya. Namun, karena besarnya tekanan atau besarnya keinginan untuk diakui, ketidak berdayaan untuk meninggalkan kelompok, dan ketidak mampuan untuk mengatakan "tidak", membuat segala tuntutan yang diberikan kelompok secara terpaksa dilakukan. Lama kelamaan prilaku ini menjadi kebiasaan, dan melekat sebagai suatu karakter yang diwujudkan dalam berbagai prilaku negatif. Kelompok atau teman sebaya memiliki kekuatan yang luar biasa untuk menentukan arah hidup remaja. Jika remaja berada dalam lingkungan pergaulan yang penuh dengan "energi negatif" seperti yang terurai di atas, segala bentuk sikap, perilaku, dan tujuan hidup remaja menjadi negatif. Sebaliknya, jika remaja berada dalam lingkungan pergaulan yang selalu menyebarkan "energi positif", yaitu sebuah kelompok yang selalu memberikan motivasi, dukungan, dan peluang untuk mengaktualisasikan diri secara positif kepada semua anggotanya, remaja juga akan memiliki sikap yang positif. Prinsipnya, perilaku kelompok itu bersifat menular. Motivasi dalam kelompok (peer motivation) adalah salah satu contoh energi yang memiliki kekuatan luar biasa, yang cenderung melatarbelakangi apa pun yang remaja lakukan. Dalam konteks motivasi yang positif, seandainya ini menjadi sebuah budaya dalam geng, barangkali tidak akan ada lagi kata-kata "kenakalan remaja" yang dialamatkan kepada remaja. Lembaga pemasyarakatan juga tidak akan lagi dipenuhi oleh penghuni berusia produktif, dan di negeri tercinta ini akan semakin banyak orang sukses berusia muda. Remaja juga tidak perlu lagi merasakan peer pressure, yang bisa membuat mereka stres. Secara teori diatas, remaja akan menjadi pribadi yang diinginkan masyarakat. Tetapi tentu saja hal ini tidak dapat hanya dibebankan pada kelompok ataupun geng yang dimiliki remaja. Karena remaja merupakan individu yang bebas dan masing-masing tentu memiliki keunikan karakter bawaan dari keluarga. Banyak faktor yang juga dapat memicu hal buruk terjadi pada remaja. Seperti yang telah diuraikan diatas, kelompok remaja merupakan sekelompok remaja dengan nilai, keinginan dan nasib yang sama. Contoh, banyak sorotan yang dilakukan publik terhadap kelompok remaja yang merupakan kumpulan anak dari keluarga broken home. Kekerasan yang telah mereka alami sejak masa kecil, trauma mendalam dari perpecahan keluarga, akan kembali menjadi pencetus kenakalan dan kebrutalan remaja. Tetapi, masa remaja memang merupakan masa dimana seseorang belajar bersosialisasi dengan sebayanya secara lebih mendalam dan dengan itu pula mereka mendapatkan jati diri dari apa yang mereka inginkan. Hingga, terlepas dari itu semua, remaja merupakan masa yang indah dalam hidup manusia, dan dalam masa yang akan datang, akan menjadikan masa remaja merupakan tempat untuk memacu landasan dalam menggapai kedewasaan. |
Minggu, 06 Mei 2012
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Kepribadian
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Pembentukan Kepribadian
Aneka warna materi yang menjadi isi
dan sasaran dari pengetahuan, perasaan, kehendak, serta keinginan kepribadian
serta perbedaan kualitas hubungan antara berbagai unsur kepribadian dalam
kesadaran individu, menyebabkan adanya beraneka macam struktur kepribadian pada
setiap manusia yang hidup di muka bumi, unik dan berbeda dengan kepribadian
individu yang lain.
Diantara aneka warna materi tersebut
ada yang menyebabkan terjadinya satu tingkah laku berpola disebut dengan
kebiasaan (habit), menyebabkan timbulnya adat-istiadat (customs) yang dalam hal
ini bermakna sebagai suatu pengetahuan, gagasan, dan konsep yang dianut oleh
sebagian besar warga suatu masyarakat, materi yang menyebabkan timbulnya
kepribadian (personality), serta segala macam tingkah-laku yang menjadi pola
umum bagi sebagian besar masyarakat yang diatur dalam adat-istiadat
(kepribadian umum), biasanya berwujud pola-pola tindakan yang saling berkaitan
satu dengan lain itu, biasanya disebut dengan sistem sosial (social system).
Kepribadian umum (modal personality) adalah
kepribadian yang ada pada sebagian besar warga suatu masyarakat, yang disebut
juga dengan istilah watak umum.Pembentukan kepribadian seseorang berlangsung
dalam suatu proses yang disebut dengan sosialisasi, yaitu suatu proses dengan
mana seseorang menghayati (mendarah-dagingkan-internalize) norma-norma kelompok
dimana ia hidup sehingga muncullah dirinya yang “unik”.
Faktor-faktor yang berpengaruh dalam pembentukan
kepribadian sebagai proses sosialisasi mencakup:
1. Warisan biologis.
2. Lingkungan fisik.
3. Kebudayaan.
4. Pengalaman kelompok.
5. pengalaman unik.
2. Lingkungan fisik.
3. Kebudayaan.
4. Pengalaman kelompok.
5. pengalaman unik.
A. Warisan Biologis
Semua manusia yang normal dan sehat
mempunyai persamaan biologis tertentu, seperti mempunyai dua tangan, panca
indera, kelenjar seks, dan otak yang rumit. Persamaan biologis ini membantu
menjelaskan beberapa persamaan dalam kepribadian dan perilaku semua orang,Setiap
warisan biologis seserang juga bersifat unik, yang berarti, bahwa tidak seorang
pun (kecuali anak kembar) yang mempunyai karakteristik fisik yang hampir sama, Beberapa
orang percaya bahwa kepribadian seseorang tidak lebih dari sekedar penampilan
warisan biologisnya. Karakteristik kepribadian seperti ketekunan, ambisi,
kejujuran, kriminalitas, kelainan seksual, dan ciri yang lain dianggap timbul
dari kecenderungan-kecenderungan turunan.
Bahkan ada yang beranggapan, melalui
tampilan fisik dapat diketahui bagaimana kepribadian orang tersebut. Contoh
dalam hal ini dapat dilihat dalam buku-buku primbon Jawa, mulai dari fisik,
rambut, kulit, bentuk muka, hingga tahi lalat.
Dewasa ini tidak banyak lagi yang masih mempercayai
anggapan ini. Pandangan sekarang ini menyatakan bahwa kepribadian seseorang
dibentuk oleh pengalaman. Sebenarnya perbedaan individual dalam kemampuan,
prestasi, dan perilaku hampir semuanya berhubungan dengan lingkungan, dan bahwa
perbedaan individu dalam warisan biologis tidak begitu penting, Fenomena
kontradiktif ini, antara “bawaan dan asuhan”, berlangsung cukup lama, dan
masing-masing memiliki penganut yang cukup besar. Suatu penelitian terhadap
2.500 anak kembar siswa SLTA merupakan salah satu langkah untuk mencari derajat
kebenaran dari masing-masing anggapan dikemukakan oleh Nichols (1977), hasilnya
menyimpulkan bahwa hampir setengah variasi di antara orang-orang dalam spektrum
ciri-ciri psikologis yang luas adalah akibat dari perbedaan karakteristik
genetis, sedangkan setengahnya lagi adalah akibat lingkungan.
Penelitian lain dilaksanakan
Medico-genetical Institute di Moskow, yang memisahkan seribu pasangan anak
kembar ketika masih bayi dan menempatkan mereka dalam lingkungan yang
terkendali untuk diamati selama 2 tahun. Hasilnya mendukung dengan jelas suatu
dasar keturunan dalam beberapa ciri, termasuk perbedaan kecerdasan, Masalah
warisan biologis/keturunan versus lingkungan pada dasarnya bukan hanya masalah
ilmiah, tetapi juga politis. Seperti gusarnya golongan Marxis (penganut ajaran
Marx) melihat bukti bahwa ada perbedaan dalam kecakapan bawaan, kalangan
konservatif (kolot, konvensional, tradisional) yang dengan senang hati
menggunakan bukti kecakapan warisan yang berbeda untuk memperoleh hak yang
berbeda, Perbedaan individual dalam warisan biologis adalah nyata, terlepas
dari apakah kenyataannya demikian menyebabkan seseorang bahagia atau tidak.
Untuk beberapa ciri, warisan biologis lebih penting daripada yang lain.
Misalnya, beberapa penelitian menunjukkan bahwa IQ anak angkat lebih mirip
dengan IQ orang tua kandungnya daripada dengan orang tua angkatnya (Horton,
1993). Namun, meskipun perbedaan individual dalam IQ tampaknya lebih banyak
ditentukan oleh keturunan daripada oleh lingkungan, banyak perbedaan yang
lainnya ditentukan oleh lingkungan. Suatu studi baru-baru ini menemukan bukti
bahwa faktor keturunan berpengaruh kuat terhadap keramah-tamahan, perilaku kompulsif
(memaksa) dan kemudahan dalam pergaulan sosial, tetapi faktor keturunan tidak
begitu penting dalam kepemimpinan, pengendalian dorongan impulsif (cepat
bertindak), sikap, dan minat.
Kesimpulannya, bahwa warisan biologis penting dalam
beberapa ciri kepribadian dan kurang penting dalam hal-hal lain. Tidak ada
kasus yang dapat mengukur pengaruh keturunan dan lingkungan dengan tepat,
tetapi banyak ilmuwan sependapat bahwa apakah potensi warisan seseorang
berkembang sepenuhnya, sangat dipengaruhl oleh pengalaman sosial orang yang
bersangkutan, Beberapa orang berpandangan bahwa orang gemuk adalah periang,
bahwa orang dengan kening yang lebar cerdas, bahwa orang berambut merah
berwatak mudah meledak/marah, bahwa orang dengan rahang lebar mempunyai
kepribadian yang kuat. Banyak keyakinan umum seperti itu telah terbukti tidak
benar ketika diuji secara empiris, meskipun kadang-kadang ditemukan beberapa
hubungan yang absah, Sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Bar (1977)
dengan membandingkan kelompok sampel berambut merah dengan suatu kelompok
kendali yang terdiri dari orang-orang dengan berbagai warna rambut dan
melaporkan bahwa watak si rambut merah umumnya memang lebih sering
meledak-ledak dan agresif. la mengemukakan adanya hubungan genetis antara karakteristik
fisik (rambut merah) dengan karakteristik kepribadian (mudah meledak, agresif).
Penjelasan lain menyatakan bahwa setiap karakteristik
fisik didefinisikan secara sosial dan kultural dalam setiap masyarakat (Horton,
1993). Misalkan, gadis gemuk dikagumi di Dahomey. Suatu karakteristik fisik
dapat menjadikan seseorang cantik dalam suatu masyarakat dan menjadi “anak
bebek buruk rupa” dalam masyarakat lain. Oleh karena itu, karakteristik fisik
tertentu menjadi suatu faktor dalam perkembangan kepribadian sesuai dengan
bagaimana ia didefinisikan dan diperlakukan dalam masyarakat dan oleh kelompok
acuan seseorang. Kalau orang berambut merah diharapkan mudah meledak dan
dibenarkan kalau marah, tidak mengherankan bila mereka menjadi pemarah.
Sebagaimana dinyatakan diatas, orang menanggapi harapan perilaku dari orang
lain dan cenderung menjadi berperilaku seperti yang diharapkan oleh orang lain
tersebut, Sebagai kesimpulan, karakteristik fisik jarang menghasilkan
sifat-sifat perilaku tertentu, harapan sosial dan kulturallah yang
menyebabkannya
demikian.
demikian.
B. Lingkungan Fisik
Sorokin (1928) menyimpulkan teori
beratus-ratus penulis dari Conficius, Aristoteles, dan Hipocrates sampai kepada
ahli geografi Ellsworth Huntington, yang menekankan bahwa perbedaan perilaku kelompok
terutama disebabkan oleh perbedaan iklim, topografi, dan sumber alam. Teori
tersebut sesuai benar dengan kerangka etnosentris (pandangan yang menyatakan
anggota badan kita lebih baik dibandingkan dengan lainnya, karena geografi
memberikan keterangan yang cukup baik dan jelas objektif terhadap kebajikan
nasional dan sifat-sifat buruk orang lain, Pada umumnya diakui bahwa lingkungan
fisik mempengaruhi kepribadian. Bangsa Athabascans memiliki kepribadian yang
dominan yang menyebabkan mereka dapat bertahan hidup dalam iklim yang lebih
dingin daripada daerah Arctic.
Orang pedalaman Australia harus
berjuang dengan gigih untuk tetap hidup, padahal bangsa Samoa hanya memerlukan
sedikit waktu setiap harinya untuk mendapatkan lebih banyak makanan daripada
yang bisa mereka makan. Malah sekarang beberapa daerah hanya dapat menolong
sebagian kecil penduduk yang tersebar sangat jarang, dan kepadatan penduduk
mempengaruhi kepribadian. Suku Ik dari Uganda sedang mengalami kelaparan secara
perlahan, karena hilangnya tanah tempat perburuan tradisional, dan menurut
Turnbull (1973) mereka menjadi sekelompok orang yang paling tamak, paling rakus
di dunia; sama sekali tidak memiliki keramahan, tidak suka menolong atau tidak
mempunyai rasa kasihan, malah merebut makanan dari mulut anak mereka dalam
perjuangan mempertahankan hidup. Suku Quolla dari Peru digambarkan oleh Trotter
(1973) sebagai sekelompok orang yang paling keras di dunia, dan ia
menghubungkan hal ini dengan hipoglikemia (menurunnya kandungan glukosa darah)
yang timbul karena kekurangan makanan, Jelaslah bahwa lingkungan fisik
mempengaruhi kepribadian dan perilaku. Namun, dari lima faktor tersebut di
atas, lingkungan fisik merupakan faktor yang paling tidak penting, jauh kurang
pentingnya dari faktor kebudayaan, pengalaman kelompok, atau pengalaman unik.
C. Kebudayaan
Beberapa pengalaman umum bagi
seluruh kebudayaan, dimana bayi dipelihara atau diberi makan oleh orang yang
lebih tua, hidup dalam kelompok, belajar berkomunikasi melalui bahasa,
mengalami hukuman dan menerima imbalan/pujian dan semacamnya, serta mengalami
pengalaman lain yang umum dialami oleh jenis manusia, Setiap masyarakat
sebenarnya memberikan pengalaman tertentu yang tidak diberikan oleh masyarakat
lain kepada anggotanya. Dari pengalaman sosial yang sebenarnya yang umum bagi
seluruh anggota masyarakat tertentu, timbullah konfigurasi kepribadian yang
khas dari anggota masyarakat tersebut. DuBois menyebutnya sebagai “modal
personality” (diambil dari istilah statistis “mode” yang mengacu pada suatu
nilai yang paling sering timbul dalam berbagai seri).
Beberapa contoh dari pengaruh unsur
kebudayaan terhadap kepribadian, sebagaimana kasus suku Dobu di Melanisia
(Horton, 1993). Anak suku Dobu yang lahir ke dunia hanya pamannya yang mungkin menyayanginya,
terhadap siapa ia akan menjadi ahli warisnya, Ayahnya yang lebih tertarik
kepada anak-anak saudara perempuannya biasanya membencinya, karena si ayah
harus menunggu sampai anak tersebut disapih untuk dapat melakukan hubungan
seksual dengan ibunya. Sering juga ia tidak diharapkan oleh ibunya dan tidak
jarang terjadi pengguguran, Hidup suku Dobu diatur oleh ilmu sihir, penyebab
kejadian bukan berasal dari alam; semua gejala dikendalikan oleh ilmu sihir
yang telah dikenakan terhadap seseorang dan menyebabkan balas dendam dari
keluarganya. Bahkan mimpipun diinterpretasikan sebagai sihir. Malah nafsu
seksual tidak akan muncul apabila tidak menanggapi penyihiran cinta orang lain,
yang membimbingnya menuju kepadanya, sementara daya sihir cinta seseorang
menunjukkan keberhasilannya. Setiap orang Dobu selalu merasa takut akan
diracun. Makanan dijaga dengan waspada pada waktu dimasak dan hanya dengan
beberapa orang tertentulah orang Dobu bersedia makan bersama. Setiap saat
setiap desa melindungi diri dari semua pasangan yang berkunjung dari desa lain,
dan semua tamu ini tidak dapat dipercayai oleh yang punya rumah dan para tamu
sendiri tidak saling percaya. Sungguh tidak seorang pun dapat dipercaya penuh;
para suami cemas terhadap sihir isterinya dan takut terhadap mertua. Sepintas
lalu, hubungan sosial di Dobu adalah cerah dan sopan meskipun keras dan tanpa
humor. Pertentangan hanyalah sedikit, karena menghina atau bermusuhan
berbahaya. Namun, teman-teman juga berbahaya. Persahabatan mungkin merupakan awal
pengracunan atau pengumpulan bahan (rambut, kuku tangan) yang berguna untuk
menyihir.
Kepribadian yang berkembang dalam
kebudayaan semacam itu? setiap orang Dobu bersifat bermusuhan, curiga, tidak
dapat dipercaya, cemburu, penuh rahasia, dan tidak jujur. Sifat-sifat ini
merupakan tanggapan yang rasional, karena orang Dobu hidup dalam dunia yang
penuh kejahatan, dikelilingi musuh dan tukang sihir, Pada akhirnya mereka yakin
akan dihancurkan. Walaupun mereka melindungi diri dengan sihir mereka, tetapi
mereka tidak pemah merasakan perlindungan yang nyaman. Mimpi buruk mungkin
menyebabkan mereka terkapar di tempat tidur berhari-hari. dan ini adalah suatu
hal yang nyata, benar bukan hayalan/irasional, Contoh kasus lain adalah yang
terjadi pada suku Zuni di Meksiko, yang diidentifikasikan sebagai bangsa yang
tenang dalam lingkungan yang sehat secara emosional. Kelahiran anak disambut
dengan hangat, diperlakukan dengan kemesraan yang lembut dan banyak mendapat
kasih sayang. Tanggung jawab dalam mendidik anak sungguh besar dan menyebar;
seorang anak akan ditolong atau diperhatikan oleh setiap orang dewasa yang ada.
Menghadapi benteng orang dewasa yang terpadu, anak-anak jarang berperilaku
salah; dan sekalipun mungkin dikata-katai, tetapi jarang dihukum. Rasa malu adalah
alat kendali yang paling utama yang sangat sering ditimbulkan di depan orang
lain, Berkelahi dan perilaku agresif sangat tidak disetujui dan orang Zuni
dididik untuk mengendalikan nafsu mereka pada usia muda. Pertengkaran terbuka
hampir tidak tampak. Nilai-nilai orang Zuni menekankan hormat, kerja sama dan
ketiadaan persaingan, agresivitas atau keserakahan. Ketidakwajaran dalam segala
bentuk ditolak, dan alkohol umumnya ditolak karena mendorong perilaku yang
tidak wajar. Harta dinilai untuk penggunaan langsung, bukan untuk prestise atau
simbol kekuasaan.
Walaupun orang Zuni tidak ambisius, mereka memperoleh
kekuasaan melalui pengalaman dalam upacara, nyanyian, dan fetis agama. Seorang
yang “miskin” bukanlah orang yang tidak memiliki harta, tetapi orang yang tidak
memiliki sumber dan hubungan yang bersifat upacara (seremonial). Kehidupan
upacara memenuhi setiap segi kehidupan orang Zuni.
Kerja sama, perilaku yang wajar dan
minimnya individualisme meresap dalam perilaku orang Zuni. Milik pribadi
tidaklah penting dan siap untuk dipinjamkan pada orang lain. Anggota rumah
tangga yang bersifat matrilineal bekerja bersama sebagai suatu kelompok dan
hasil tanaman disimpan dalam gudang umum. Setiap orang bekerja untuk
kepentingan
kelompok, bukan untuk kepentingan pribadi. Peran pemimpin jarang dicari tetapi harus dipaksakan pada seseorang. Isyu dan perselisihan diselesaikan secara wajar bukan dengan permohonan pada penguasa atau dengan mempertunjukkan kekuasaan atau dengan perdebatan yang berkepanjangan, tetapi dengan diskusi yang lama dan sabar. Keputusan mayoritas sederhana tidak menyelesaikan persoalan secara menyenangkan, kesepakatan (konsensus) perlu dan kesepakatan bulat diharapkan.
kelompok, bukan untuk kepentingan pribadi. Peran pemimpin jarang dicari tetapi harus dipaksakan pada seseorang. Isyu dan perselisihan diselesaikan secara wajar bukan dengan permohonan pada penguasa atau dengan mempertunjukkan kekuasaan atau dengan perdebatan yang berkepanjangan, tetapi dengan diskusi yang lama dan sabar. Keputusan mayoritas sederhana tidak menyelesaikan persoalan secara menyenangkan, kesepakatan (konsensus) perlu dan kesepakatan bulat diharapkan.
Bagaimana perkembangan kepribadian
orang Zuni? sangat bertentangan dengan kepribadian normal di antara orang Dobu.
Bila bangsa Dobu bersifat curiga dan tidak dapat dipercaya, bangsa Zuni
mempunyai kepercayaan diri dan dapat dipercaya; bila bangsa Dobu cemas dan
merasa tidak aman, bangsa Zuni merasa aman dan tentram. Bangsa Zuni umumnya
memiliki watak yang suka mengalah dan pemurah, sopan dan suka bekerja sama.
Bangsa Zuni adalah orang-orang konformis yang tanpa pikir, karena menjadi
seseorang yang nyata-nyata berbeda dari orang lain dapat menyebabkan seseorang
atau kelompok itu sangat cemas. Hal ini membantu mengendalikan perilaku tanpa
perasaan berdosa dan bersalah yang banyak ditemukan dalam banyak masyarakat, Bertolak
dari contoh di atas, dapat diketahui ada beberapa segi dari kebudayaan yang
mempengaruhi proses perkembangan kepribadian, yaitu norma-norma kebudayaan
masyarakat dan proses sosialisasi diri, Norma-norma kebudayaan yang ada dalam
lingkungan masyarakat mengikat manusia sejak saat kelahirannya. Seorang anak
diperlakukan dalam cara-cara yang membentuk kepribadian. Setiap kebudayaan
menyediakan seperangkat pengaruh umum, yang sangat berbeda dari masyarakat ke
masyarakat. Linton mengatakan bahwa setiap kebudayaan menekankan serangkaian
pengaruh umum terhadap individu yang tumbuh di bawah kebudayaan masyarakat, Pengaruh-pengaruh
ini berbeda dari satu kebudayaan ke kebudayaan lain, tetapi semuanya merupakan
denominator pengalaman bagi setiap orang yang termasuk ke dalam masyarakat
tersebut.
Penelitian dalam soal perkembangan
kepribadian dalam kebudayaan juga telah gagal dalam membuktikan teori Freud
tentang hasil cara mengasuh anak yang khusus. Dimana hasilnya menunjukkan bahwa
suasana lingkungan keseluruhan merupakan hal penting dalam perkembangan
kepribadian, bukan cara tertentu yang spesifik. Apakah seorang anak diberi susu
ASI atau susu botol, tidaklah penting; yang penting adalah apakah cara
pemberian susu itu dilakukan dalam kondisi yang merupakan suasana mesra dan
penuh kasih sayang dalarn dunia yang hangat dan aman; atau kejadian biasa yang
terburu-buru dalam situasi yang tanpa perasaan, kurang tanggap dan tidak akrab,
Seorang bayi lahir ke dunia ini sebagai suatu organisme kecil yang egois yang
penuh dengan segala macam kebutuhan fisik. Kemudian ia menjadi seorang manusia
dengan seperangkat sikap dan nilai, kesukaan dan ketidaksukaan, tujuan serta
maksud, pola reaksi, dan konsep yang mendalam serta konsisten tentang dirinya.
Setiap orang memperoleh semua itu melalui suatu proses yang disebut
sosialisasi.
Sosialisasi adalah suatu proses dengan mana seseorang
menghayati (mendarah dagingkan-internalize) norma-nonna kelompok di mana ia
hidup sehingga timbullah “diri” yang unik.
D. Pengalaman Kelompok
Pada awal kehidupan manusia tidak
ditemukan apa yang disebut diri. Terdapat organisme fisik, tetapi tidak ada
rasa pribadi. Kemudian bayi mencoba merasakan batas-batas tubuhnya, mereka
mulai mengenali orang. Kemudian beranjak dari nama yang membedakan status
menjadi nama yang mengidentifikasi individu, termasuk dirinya. Kemudian mereka
menggunakan kata “saya” yang merupakan suatu tanda yang jelas atas kesadaran
diri yang pasti. Suatu tanda bahwa anak tersebut telah semakin sadar sebagai
manusia yang berbeda dari yang lainnya, Dengan kematangan fisik serta akumulasi
pengalaman-pengalaman sosialnya anak itu membentuk suatu gambaran tentang
dirinya. Pembentukan gambaran diri seseorang mungkin merupakan proses tunggal
yang sangat penting dalam perkembangan kepribadian, Pengalaman sosial merupakan
suatu hal penting untuk pertumbuhan manusia. Perkembangan kepribadian bukanlah
hanya sekedar pembukaan otomatis potensi bawaan. Tanpa pengalaman kelompok,
kepribadian manusia tidak berkembang. Bahkan dapat dikatakan bahwa manusia
membutuhkan pengalaman kelompok yang intim bila mereka ingin berkembang sebagai
makluk dewasa yang normal.
Keberadaan kelompok dalam masyarakat
merupakan suatu hal penting dalam perkembangan kepribadian seseorang, karena
kelompokkelompok ini merupakan model untuk gagasan atau norma-norma perilaku
seseorang. Kelompok semacam itu disebut kelompok acuan (reference group).
Mula-mula kelompok keluarga adalah kelompok yang terpenting, karena kelompok
ini merupakan kelompok satu-satunya yang dimiliki bayi selama masa-masa yang
paling peka. Semua yang berwenang setuju bahwa ciri-ciri kepribadian dasar dari
individu dibentuk pada tahun-tahun pertama ini dalam lingkungan keluarga.
Kemudian, kelompok sebaya (peer group), yakni kelompok lain yang sama usia dan
statusnya, menjadi penting sebagai suatu kelompok referens. Kegagalan seorang
anak untuk mendapatkan pengakuan sosial dalam kelompok sebaya sering diikuti
oleh pola penolakan sosial dan kegagalan sosial seumur hidup. Apabila seorang
belum memiliki ukuran yang wajar tentang penerimaan kelompok sebaya adalah sulit,
kalau tidak dapat dikatakan mustahil, bagi seorang untuk mengembangkan gambaran
diri yang dewasa sebagai seorang yang berharga dan kompeten, Kelompok acuan ini
dalam perkembangannya mengalami pergantian seiring dengan usia dan aktifitas
individu yang bersangkutan. Hanya perlunya disadari bahwa dari ratusan
kemungkinan kelompok referens yang menjadi penting bagi setiap orang dan dari
evaluasi kelompok ini gambaran diri seseorang secara terus-menerus dibentuk dan
diperbaharui, Oleh karena itu, tidaklah salah kalau dikatakan bahwa setiap
individu bisa menjadi acuan atau referens bagi individu lainnya dalam
pembentukan kepribadian yang bersangkutan, demikian juga sebaliknya, Masyarakat
yang kompleks/majemuk memiliki banyak kelompok dan kebudayaan khusus dengan
standar yang berbeda dan kadangkala bertentangan. Seseorang dihadapkan pada
model-model perilaku yang pada suatu saat dipuji sedang pada saat lain dicela
atau disetujui oleh beberapa kelompok dan dikutuk oleh kelompok lainnya. Dengan
demikian seorang anak akan belajar bahwa ia harus “tangguh” dan mampu untuk
“menegakkan haknya”, namun pada saat yang sama ia pun harus dapat berlaku
tertib, penuh pertimbangan dan rasa hormat. Dalam suatu masyarakat di mana
setiap orang bergerak dalam sejumlah kelompok dengan standar dan nilai yang
berbeda, setiap orang harus mampu menentukan cara untuk mengatasi
tantangan-tantangan yang serba bertentangan.
E. Pengalaman yang Unik
Mengapa anak-anak yang dibesarkan dalam lingkungan
keluarga yang sama sedemikian berbeda satu dengan yang lainnya, sekalipun
mereka pernah mendapatkan pengalaman yang sama? Masalahnya adalah karena mereka
tidak mendapatkan pengalaman yang sama; mereka pernah mendapatkan pengalaman
yang serupa dalam beberapa hal dan berbeda dalam beberapa hal lainnya, Setiap
anak memasuki suatu unit/kesatuan keluarga yang berbeda. Anak yang dilahirkan
pertama, yang merupakan anak satu-satunya sampai kelahiran anak yang kedua,
kemudian akan mempunyai adik laki-laki atau perempuan dengan siapa ia dapat
bertengkar. Orang tua berubah dan tidak memperlakukan sama semua anak-nya.
Anak-anak memasuki kelompok sebaya yang bebeda, mungkin mempunyai guru yang
berbeda dan berhasil melampaui peristiwa yang berbeda pula, Sepasang anak
kembar mempunyai warisan (heredity) yang identik dan (kecuali bila dipisahkan)
lebih cenderung memperoleh pengalaman yang sama. Mereka berada dalam suatu
keluarga bersama-sama, seringkali mempunyai kelompok sebaya yang sama, dan
diperlakukan kurang lebih sama oleh orang lain; akan tetapi bahkan anak kembar
pun tidakalami bersama seluruh peristiwa dan pengalaman. Karena pengalaman
setiap orang adalah unik dan tidak ada persamaannya. Pengalaman sendiripun
tidak ada yang secara sempurna dapat menyamainya.
Suatu inventarisasi dari pengalaman sehari-hari berbagai
anak-anak dalam suatu keluarga yang sama akan mengungkapkan banyaknya
perbedaan. Maka setiap anak (terkecuali anak kembar yang identik) mempunyai
warisan biologis yang unik, yang benar-benar tidak seorangpun dapat
mehyamainya, dan demikian pula halnya suatu rangkaian pengalaman hidup yang
unik tidak dapat benar-benar disamai oleh pengalaman siapapun, Pengalaman
tidaklah sekedar bertambah, akan tetapi menyatu. Kepribadian tidaklah dibangun
dengan menyusun suatu peristiwa di atas peristiwa lainnya sebagaimana membangun
tembok bata. meniru satu sama lainnya, akan tetapi mereka juga berusaha untuk
memiliki identitas sendiri. Anak-anak yang lebih muda seringkali menolak
kegiatan yang telah dikerjakan dengan baik oleh kakak-kakaknya, dan mencari
pengakuan melalui kegiatan-kegiatan lainnya. Tanpa disadari, orang tua membantu
proses seleksi ini. Seorang ibu dapat mengatakan, “Susi si kecil adalah
pembantu mama, tetapi aku pikir Anna akan menjadi anak perempuan yang
kelaki-lakian”, ketika Susi mulai merapikan meja, sedangkan Anna sedang
berjumpalitan di tangga, Jadi dalam hubungan ini dan dalam banyak hal lainnya
setiap pengalaman hidup seseorang adalah unik. Unik dalam pengertian tidak
seorangpun mengalami serangkaian pengalaman seperti ini dengan cara yang persis
sama dan unik dalam pengertian bahwa tidak seorangpun mempunyai latar belakang
pengalaman yang sama, setiap peristiwa baru akan menimbulkan pengaruh yang akan
dapat diperoleh suatu makna.
PENGARUH KEBUDAYAAN TERHADAP KEPRIBADIAN
PENGARUH KEBUDAYAAN TERHADAP KEPRIBADIAN
Berbicara tentang kebudayaan
sangat erat kaitannya dengan kepribadian seseorang. Budaya dan keperibadian
bagaikan dua sisi mata uang tidak bisa dipisahkan. Dimana budaya yang baik
selalu mempengaruhi pribadi yang baik, kemudian budaya buruk selalu mempengaruhi
pribadi yang buruk juga, Disamping itu kadang kala lingkungan menjadi hal utama
yang dapat mempengaruhi baik buruknya budaya seseorang. Kita ambli contoh di
Papua memilki berbagai kebudayaan yang berbeda dengan daerah lainnya, sehingga
dengan sendiri kepriabadian mereka juga agak berbeda dan unik.
Hal ini dapat dikatakan
melihat budaya Papua yang agak keras dan unik. Sehingga keperibadian yang
terbentukpun agak unik dan berbeda. Contoh budaya potong jari. Yang telah lama
turun-temurun diterapkan di Papua, bahkan menjadi budaya (kebiasaan) yang
lumrah untuk dihilangkan walaupun kelihatannya agar buruk dan tidaks sesuai
baik norma agama maupun norma hokum, Contoh pengaruh budaya terhadap
keperibadiaan yang lainnya dapat kita petik dari kehidupan masyarakat suku
dayak di daerah pedalaman Kalimantan. Yang sebagaimana hidupnya sangat
memperihatinkan dan menggenaskan. Bagi mereka memakai anting sebanyak-banyaknya
ditelinga baik pria maupun wanita merupakan suatu hal yang biasa, padahal hal
sangat mengelikan dan menakutkan. Yang lebih parahnya lagi hal ini telah
melanggar berbagai norma-norma yang telah tertera. Tetapi mau bagaimana lagi,
inikan budaya, Baik masyarakat yang hidup di Papua maupun Kalimantan memilki
budaya yang unik dan berbeda. Keunikan kebudayaan mereka membuat cara hidup
termasuk kepribadiaan mereka sesuai dengan nilai-nilai kebudayaan yang mereka
milki, pengaruh itu dapat kita lihat masyarakt Papua selalu hidup dan
berbbudaya dengan istilah mengorbankan apapun yang mereka milki unutk seseoran
gyang mereka milkiu dan sayangi. Sama halnnya juga dengan orang Kalimantan.
Memang
kalau diamati sebagai siswa yang masih duduk dibangku Sekolah Menengah Atas
agak sulit menguraikannya dalam tulisan, apalagi baru memulai tulis menulis.
Sebenarnya yang melatarbelakangi penulis unutk memulai menulis ini bukan dikarenakan desakan, paksaaan bahkan tugas dari pak guru melainkan kemauan yang ingin diungkapkan bagaimana sih pengaruh berbagai budaya terhadap keperibadiaan seseorang. Dengan pengukpan makalah ini juga sekaligus memaksa dan menuntut penulis unutk tetap eksis dalam tulis menulis yang menjadi kegemaran dan kesenangan penulis, Alhasi dengan adanya makalah ini maka semua kita dituntut untuk tetap memperhatikan berbagai pengaruh yang dapat ditimbulkan terhadap perkembagan keperibadian kita, agar kita tetap berkepribdian baik dalam kehidupan kita dimana pun kita tinggal.
Sebenarnya yang melatarbelakangi penulis unutk memulai menulis ini bukan dikarenakan desakan, paksaaan bahkan tugas dari pak guru melainkan kemauan yang ingin diungkapkan bagaimana sih pengaruh berbagai budaya terhadap keperibadiaan seseorang. Dengan pengukpan makalah ini juga sekaligus memaksa dan menuntut penulis unutk tetap eksis dalam tulis menulis yang menjadi kegemaran dan kesenangan penulis, Alhasi dengan adanya makalah ini maka semua kita dituntut untuk tetap memperhatikan berbagai pengaruh yang dapat ditimbulkan terhadap perkembagan keperibadian kita, agar kita tetap berkepribdian baik dalam kehidupan kita dimana pun kita tinggal.
Masalah
yang timbul adalah Era yang berkembang ini banyak masalah atau pengaruh yang
bisa terjadi disebabkan budaya yang tidak mendukung. Ketika pengaruh budaya
buruk mempengaruhi kepribadiaan seseorang maka dengan sendirinya berbagai
masalah yang tidak di inginkan akan terjadi secara terus-menerus, Nah yang
menjadi tantangan untuk kita, apa yang harus kita lakukan agar permasalahan
yang sering timbul ditengah masyarakt akibat pengaruh budaya yang buruk dapat
disingkirkan secara perlahan. Menyingkirkan budaya buruk yang dimaksdukan disi
adalah bagaimana cara kita tidak menerapkan budaya-budaya lama yagn telah
nyata-nyata tidak sesuai dengan norma-norma maupun adapt istiadat.
Menjadi tantang unutk kita apakah kita berani mengambil resiko dengan cara tidak mengikuti dan menerapkan berbagai budaya buruk yang kita lihat dapat mempengaruhi kebudayaan kita. Dan memberitahukan kepada setiap orang bahwa budaya yang buruk harus dibuang dan dilenyapkan.
Melenyapkan dan menyingkan budaya yang buruk bukanlah hal yang mudah, layakanya kita membalik telapak tangan. Tetapi butuh usaha, kerja keras dan kemauan yang besar unutk merubah itu. Semoga hal ini dapat di atasi dengan baik..
Menjadi tantang unutk kita apakah kita berani mengambil resiko dengan cara tidak mengikuti dan menerapkan berbagai budaya buruk yang kita lihat dapat mempengaruhi kebudayaan kita. Dan memberitahukan kepada setiap orang bahwa budaya yang buruk harus dibuang dan dilenyapkan.
Melenyapkan dan menyingkan budaya yang buruk bukanlah hal yang mudah, layakanya kita membalik telapak tangan. Tetapi butuh usaha, kerja keras dan kemauan yang besar unutk merubah itu. Semoga hal ini dapat di atasi dengan baik..
Dilihat
dari sisi kebudayaan Sangat disayangkan kalau kita memahami budaya hanya dari
sisi yang sempit. Oleh karena itu perlulah kita memandang budaya secara luas
agar pemahan dan pengertiannya pun tidak salah. Di dunia ini banyak ahli yang
hidup, sehingga rasanya perlu kl kita lihat beberapa pendapat yang mereka
kemukakan dalam hal ini tentang kebudayaan
Definisi
budaya sendiri menurut koentjaranigrat menyebutkan bahwa kata kebudayaan
berasal dari kata sansekerta yang artinya buddhaya yang merupakan bentuk jamak
dari kata buddhi yang berarti budi atau akal. Dengan demikian, kebudayaan bisa
diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan akal, Selain itu E.B. Taylor
mengukapkan budaya adalah suatu keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan,
kepercayaan, seni, kesusilaan, hokum, adapt istiadat, serta kebiasaan lainnya
yang dipelajari oleh manusia sebagai anggota masyarakat, Kemudian Linton juga
mengukapkan budaya adalah keseluruhan pengetahuan, sikap, dan pola perilaku
yang merupakn kebiasaan yang dimilki dan diwariskan oleh anggota suatu
masyarakat tertentu, Selain ketiga ahli diatas, tidak ketinggaln Kluckhon dan
Kelly juga memberikan pengertian budaya menutut pemahamn yang mereka milki. Yang
menurutnyta budaya adalah semua rancangan hidup tercipta secara histories, baik
yang eksplit maupun implicit, rasional, irasional yang ada pada suatu waktu
sebagai peddoman yang potensial untuk perilaku manusia.
PENGARUH KEBUDAYAAN BARAT
PENGARUH
KEBUDAYAAN BARAT
Budaya
adalah sekumpulan tingkah laku yang turun temurun yang mempengaruh tingkah laku
individu. Budaya merupakan sebuah tingkah laku kolektif dalam masyarakat, yang
dominan mempengaruhi dan membentuk sebuah tingkah laku yang sesuai dengan
komunitas yang ada dalam budaya tersebut.
Dewasa
ini, kebudayaan Barat sudah mendominanisasi segala aspek. Segala hal selalu
mengacu kepada Barat. Peradaban Barat telah menguasai dunia. Banyak
perubahan-perubahan peradaban yang terjadi di penjuru dunia ini. Kebudayan
Barat hanya sebagai petaka buruk bagi Timur. Timur yang selalu berperadaban
mulia, sedikit demi sedikit mulai mengikuti kebudayaan Barat.
Secara
timbal balik, tiap peradaban akan berpengaruh satu sama lain. Hukum sosial
berlaku bagi semua peradaban. Peradaban yang maju, pada suatu masa, cenderung
memiliki perngaruh yang luas bagi peradaban-peradaban lain yang berkembang
belakangan.
Dengan Menelusuri
kondisi sosial di barat saat ini akan bisa diketahui berbagai perilaku dan
sikap barat terhadap dunia lain. Sikap agresif barat terhadap dunia lain
disebabkan karena ketertinggalan mereka dahulu dengan peradaban dunia lainnya
yang bergerak dinamis selama berabad – abad dalam pergaulan antar peradaban.
Sedangkan dunia barat lebih banyak bergulat dalam dunia mereka sendiri dan
terkucil dari peradaban lain di belahan dunia. Ketertinggalan atau keterasingan
itu menyebabkan terjadi jurang yang lebar dan terjal dalam peradaban barat
terhadap dunia – dunia lainnya, sehingga pada suatu saat barat berusaha untuk
menutupi jurang – jurang itu dengan berbagai cara, termasuk didalamnya perang
peradaban yang dilancarkan barat sejak berabad – abad silam. Perang peradaban
barat itu antara lain adalah usaha barat untuk menutupi ketertingalan dan
keterasingannya dengan dunia lainnya. Disamping itu, ada kepentingan -
kepentingan politiknya yang sangat agresif.
Agresifitas
politik barat ini tidak disanksikan selama berabad – abad, telah terjadi
pergaulan antar bangsa dan peradaban. Dan semua itu berlangsung dengan damai. Siapa yang ingin meniru maka tirulah, dan
siapa yang tidak ingin meniru maka hargailah. Begitulah
kondisi peradaban saat ini.
Maka
dengan gencarnya, para pemuka-pemuka kebudayaan memperkenalkan peradaban
masing-masing negara. Terlebih lagi negara barat yang selalu mempublikkan
kebudayaan mereka. Maka disini penulis hanya memaparkan pengaruh kebudayaan
terhadap kebudayaan negara timur khususnya negara kita.
A.
TERHADAP ILMU PENGETAHUAN
Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi pada hakikatnya diharapkan dapat membawa dampak
positif bagi terciptanya masyarakat moderen yang menghargai kebudayaan
tradisionalnya. Dengan ilmu pengetahuan masyarakat akan berubah dari kondisi
sebelumnya menjadi masyarakat yang moderen. Selain itu ilmu pengetahuan setidaknya
menjadi komponen penting yang dapat membawa masyarakat menjadi paham mengenai
apa yang hendaknya dipertahankan sebagai warisan masa lalu.
Perkembangan
terknologi, terutama masuknya kebudayaan asing (barat) tanpa disadari telah
menghancurkan kebudayaan lokal. Minimnya pengetahuan menjadi pemicu alkulturasi
kebudayaan yang melahirkan jenis kebudayaan baru. Masuknya kebudayaan tersebut
tanpa disaring oleh masyarakat dan diterima secara mentah. Akibatnya kebudayaan
asli masyarakat mengalami degradasi yang sangat luar biasa.
Dari
ilmu pengetahuan yang berasal dari barat, memang sekilas kita pandang maju dan
modern, tetapi dibalik itu ada unsur politik yang membuat kita kedalam
penjajahan budaya. Seperti yang akan kita kupas dari beberapa segi nantinya.
Pada dasarnya barat ingin menguasai dunia dengan kemajuan pemikiran mereka.
Banyak cara yang mereka tempuh seperti banyaknya teori –teori yang keliru dan
belum ada titik terangnya dalam ilmu pengetahuan. Seperti teori alam semesta,
teori budaya bebas yang mengacu kepada hak asasi manusia, dan ada pula teori
politik yang membuat manusia keperadaban yang lebih rendah.
Kemajuan
pemikiran mereka bila dipandang dari segi teknologi, memang sangat membantu
kita kepada kemudahan-kemudahan hidup. Tetapi dengan kemudahan-kemudahan itu
barat juga memasuki unsur pengrusakan budaya-budaya suatu negeri dengan
kebudayaan mereka. Ada beberapa pengaruh kebudayaan barat yang bisa kita lihat
terhadap ilmu pengetahuan secara global, yakni :
1.
Dari Segi Ekonomi dan Politik
Pada
akhir-akhir abad XIII penemuan-penemuan tekhnik industri, dan berhasilnya
pelayaran Colombus dan Vasco Da Gama, memberikan bangsa eropa kekuasaan
setrategis di laut samudra, hal ini menyebabkan revolusi industri eropa menjadi
penguasa ekonomi di seluruh dunia. Dari sini,
dimulailah usaha menghancurkan tata nilai dan norma-norma budaya Islam ataupun
dunia. Penjajahan dengan kekuatan militer selama
berabad-berabad tidak banyak memberikan hasil, namun dengan ekspansi industri
secara massal membuat bangsa-bangsa timur menjadi tercengang, yang menuntut
perubahan cara berfikir dan mental generasi dunia dari masa ke masa dan
akhirnya tanpa disadari kecendrungan meniru dan mempelajari metode-metode
perekonomian dan ilmu pengetahuan barat yang nota bene bertentangan dengan
syari’at islam sangat kuat.
System
ekonomi sosialis dan kapitalis tidak dapat ditolak oleh dunia timur, sehingga
upaya menghilangkan system ekonomi islam hampir berhasil dengan sempurna,
penghormatan terhadap hukum riba misalnya, telah dianggap menghambat laju
perekonomian. Cengkraman perekonomian ini semakin kuat dengan cara damai,
Investasi barat dan konsesi ekonomi menjadikan timur sebagai bangsa terjajah
yang berkepanjangan. Dan sentuhan ekonomi kolonialisme dan kapitalisme lambat
laun mengacaukan etika kehidupan.
Eksploitasi
kekayaan dan investasi modal seakan menghentikan pergerakan dan peduli social
budaya. Dan kekuatan-kekuatan negeri timur takluk dan tunduk di atas kertas. Tahap
ekonomi agaknya factor yang lebih penting dan lengkap. Tetapi lebih umum
penjajahan yang dimulai dengan proses ekonomi yang esensiil, terkenal dengan “
perembesan damai “. Ia memperoleh cengkraman finansiil dalam bentuk pinjaman
dan konsesi atas negeri timur, yang selama ini merdeka dari modal barat, yang
membawa kepada terwujudnya kendali politik. Kenyataan tersebut berlaku pada
semua negeri timur, tidak terkecuali Indonesia. Dominasi ekonomi barat
sangatlah kuat, ekonomi syariah yang berabad-abad telah diterapkan mulai
terpinggirkan kedaerah pedalaman di desa-desa terpencil. Dan orang timur mulai
mencintai produk barat secara damai, tanpa berpikir bahwa mereka akan
ditelanjangi dari norma-norma dan aqidah islam.
Factor yang tak dapat di bantah,
pada umumnya orang-orang timur sendiri lebih suka membeli barang-barang produksi
barat dari pada memakai hasil negaerinya sendiri. Buat orang barat, hal ini
terasa suatu keanehan, mereka tidak mengerti, mengapa orang timur lebih suka
barang-barang buatan barat yang murah, tetapi bentuk dan mutunya yang khusus
dibuat untuk pasaran timur, dibanding dengan barang-barang buatan dalam negeri
sendiri yang lebih baik mutunya dan amat bagus buatannya. Jawabannya yang
sebenarnya ialah, oleh karena orang timur umumnya tidak mengerti tentang mutu
seni barang, dan hanya melihat kepada kemajuan teknologi dan budaya barat yang
saat ini telah mendunia.
Dari kenyataan di atas, kita
tidak dapat menafikan, bahwa mayoritas negeri timur telah terperangkap dalam
penjajahan ekonomi dan budaya, begitu pula dengan negeri ini. Contoh riil
adalah di bidang ekonomi, system ekonomi kita yang sangat keras, seakan tidak
memberikan peluang bagi usaha kecil untuk berkembang. Prinsip ekonomi ini
sangat bertentangan dengan prinsip ekonomi islam yang sangat memperhatikan
aspek social dan keadilan. Agama ini melarang praktek transaksi ekonomi yang
mengganggu keserasian hubungan antara anggota masyarakat. Di samping itu islam
menetapkan bahwa dalam harta milik pribadi terdapat hak orang yang membutuhkan
yang harus disalurkan kepada mereka, baik dalam bentuk zakat maupun sedekah dan
lain sebagainya.
Kekerasan ekonomi yang ditanamkan
oleh barat telah melupakan kita, bahwa selain bertanggung jawab kepada pemilik
modal (investor) atau pemegang saham, kita juga akan dimintai pertanggung
jawaban di hadapan Allah nanti di Yaumul Qiyamah. Ini adalah bentuk penjajahan
yang hingga saat ini belum merdeka, ketimpangan-ketimpangan ekonomi dan
kesenjangan social terjadi di semua lapisan masyarakat, sebagai akibat dari
maskulinitas system perekonomian yang telah jauh menyimpang dari kaidah-kaidah
islam.
2.
Dari Segi Sosial dan Budaya
Jauh
sebelum kebudayaan barat masuk ke bumi pertiwi, kebudayaan kita jauh lebih
berperadaban. Hidup bermasyarakat dengan norma-norma kesusilaan telah dahulu
ada di peradaban negara kita. Saat ini, kebudayaan itu sedikit demi sedikit
mulai terkikis.
Kita
juga tidak dapat berpaling dari kenyataan penjajahan budaya barat. Bahwa bangsa
ini selalu demam dengan trend-trend barat yang asusila. Satu contoh saja kita
ambil. Ketika orang-orang barat menyelenggarakan kontes ratu sejagat misalnya,
maka dengan antusias Negeri timur mendelegasikan wanita-wanita terhormatnya
untuk ditelanjangi, Cuma karena takut dikatakan terbelakang dan tidak modern.
Belum lagi desain-desain busana wanita yang sangat tidak menghargai keindahan
tubuh wanita, kemolekan tubuh wanita yang seharusnya ditutupi, dieksploitasi ke
setiap sudut mata memandang. Ini salah satu bentuk penjajahan budaya bukan?
Sungguh ironis memang.
Dan
yang lebih ironis lagi, Budaya berpakaian bebas, kadang membuat generasi kita
tergiur. Dari pemikiran barat yang mengacu kepada kebebasan hak asasi manusia
dan kebebasan berekspresi membuat kita ikut-ikutan. Sebagian dari kita
menganggap teori hak asasi manusia ini sebagai suatu keadilan.
Munculnya pemilihan Miss Universe
sebagai ajang internasional pada tahun 1952, motif utamanya adalah bisnis.
Perusahaan Pasific Mills menyelenggarakan acara itu untuk mempromosikan pakaian
Catalina. Pada tahun1996, Donald Trump membeli hak kepemilikan kontes ini yang
kemudian ditayangkan CBS dan pada tahun 2003 beralih ke NBC, yang tentunya
sangat kental dengan kepentingan bisnis. Demikian pula di Indonesia, kontes
ratu-ratuan ini yang dimobilisasi oleh perusahan kosmetik Mustika Ratu dan
Marta Tilaar, hanyalah untuk mempromosikan produknya, sehingga wanita Indonesia
akan tergila-gila kosmetik. (Buletin Sidogiri. hal 13 edisi 20 Rajab 1428 H).
Dikatakan “kontes tersebut
diantaranya bertujuan mendongkrak citra bangsa di hadapan dunia, bagian dari
keterbukaan dan kebebasan hak asasi, pemilihan putri tidak hanya mengandalkan
kecantikan, tapi kecerdasan dan sopan santun”. “
Perekonomian nasional bisa hancur akibat dari UU APP ini “ ujar Poppy Darsono,
penasehat Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) yang diikuti oleh
Ikatan Perancang Mode Indonesia (IPMI), Asosiasi Pemasok Garment Aksesori
Indonesia (APGAI), Pengusaha Retail Indonesia (APRINDO), Asosiasi Manufaktur
Indonesia (AMI),Asosiasi Perstektilan Indonesia (API) dan Asosiasi Pengelola
Pusat Belanja Indonesia (APPBI). (AULA, hal: 16, edisi April 2006).
Apapun
alasan yang dijadikan justifikasi dalam ajang tersebut hanyalah sebuah usaha
menelanjangi norma-norma negeri timur dan usaha melegitiminasi penjajahan
terhadap budaya islam. Karena mendongkrak citra bangsa, kebebasan hak asasi,
kecerdasan suatu bangsa dan sopan santun ataupun peradaban yang modern tidak
bisa dipresentasikan dengan seorang gadis atau wanita yang tidak punya rasa
malu untuk telanjang di hadapan dunia. Ini adalah bukti kebodohan yang tidak
pernah mengerti tentang tata nilai dan kehormatan sebuah bangsa.
B.
TERHADAP KEBUDAYAAN TRADISIONAL
Seiring
perkembangan zaman, era masyarakat modern kini cenderung lebih mengakar pada
budaya Barat yang dianggap lebih berkualitas. Semangat zaman dengan pengaruh
Barat ini, sudah dianggap sebagai ciri kemodernan atau sebagian dari ekspresi
kebudayaan terkini.
Berdasarkan
atas peristiwa paradigma budaya yang ada di daerah kita, kita harus prihatin
dan juga perlu memberi buah pikir kepada masyarakat tentang budaya daerah lokal
sangatlah penting. Dengan demikian kita dapat meneladani para nenek moyang kita
terdahulu yang telah susah payah membuat suatu budaya yang telah tercipta dan
tidak terpikirkan oleh kita betapa sulitnya membuat budaya yag mempunyai nilai
estetika yang tinggi.
Melihat fenomena Indonesia bahwa tentang modernisasi,
dan pengaruh Negara maju. Banyak efek atas keberlangsungan pembangunan
Indonesia. Secara system memang Indonesia sudah lebih maju, namun dari kemajuan
itu baik dari pendidikan,social, dan tekhnologi. Para pelakunya tidak pernah
memperhatikan efek dari kemajuan itu, utamanya bagi masyarakat yang belum siap
mengikutinya dan juga para generasi muda.
Jelas SDA dan SDM akan semakin lemah dan berkurang
karena didalam pembagunan itu sendiri konteks Indonesia tidak memperhatikan
etika pembangunan. Bahkan adanya tuntutan kemajuan semakin lama semakin tidak bisa mengelola
dan mengaturnya. Contoh satu juga kita ambil seperti pemilihan Presiden.
Ternyata uang yang banyak dibuang secara sia-sia. Mengapa uang itu tidak untuk
pemberdayaan masyarakat. Artinya pemilu demokrasi sah-sah saja akan tetapi
jangan terlau banyak mengeluarkan uang Negara hanya untuk acara yang sesaat.
Negara kita yang dikategorikan
negara berkembang sebenarnya belum siap dengan kemajuan yang berasal dari
pemikiran barat. Barat yang dengan seluruh kebudayaannya mendukung berjalan
kemajuan mereka. Tetapi kita yang masih memakai kebudayaan timur, dan sedikit
banyaknya telah tersusupi oleh pemikiran barat malah menjadi kacau balau. Masyarakat belum siap menghadapi perubahan sosial.
Masuknya modernisme dan hegemoni Negara adidaya yang
masuk ke-Indonesia menjadikan budaya yang tercipta di Indonesia kini sudah
seakan-akan mulai luntur, berbagai kesempatan orang asing memasuki Indonesia,
mengakibatkan terberangusnya budaya yang ada (tradisonal) seperti gotong
royong, norma-norma, etika, estetika alam dan solidaritas terkikis
perlahan-lahan sehingga terjadi renggangnya budaya kebersamaan.
Budaya barat yang di bawa oleh orang barat
mengakibatkan orang Indonesia terluluh lantahkan untuk mengikuti budaya
tersebut. Pola hidup yang sifatnya sesaat, nafsu dunia, mengakibatkan
dekadensi, baik moral, seni dan lainya. Budaya tradisional akhirnya kalah
menarik, mereka lebih tertarik mengembangkan budaya asing yang serba seksi dan
enggan dengan budaya yang kuno ( tradisional). Makanya tidak salah dibalik
kemajuan Indonesia sebetulnya mengalami kemunduran terutama dibidang SDA dan
SDM-nya. Karena tidak ada perkiraan dalam jangka panjang ( kurangnya etika
dalam pengelolaan dan pelestarian itu sendiri).
Padahal yang tradisional jika masyarakat bisa berfikir
dengan akal sehatnya bahwa budaya yang tradisional apabila dikembangkan maka
mampu menarik budaya disekitarnya untuk mengikutinya. Dengan rasioalisasinya
menjaga dan terus melestarikan budaya itu. Namun tidak sepenuhnya dengan
mempertahankan budaya yang ada akan mampu menciptakan perubahan. Karena kita
tau ada kemungkinan terciptanya sebuah perubahan lewat dua factor penting ini, pertama
faktor internal, kedua faktor eksternal.
Indonesia mendambakan pembangunan baik ekonomi,
pendidikan, stabilitas social dan politik. Secara umum Pembangunan adalah
merupakan suatu upaya bagaiamana memajukan suatu tempat sehingga strata dengan
tempat yang sudah dianggap maju. Baik itu ekonomi, pendidikan, politik, dan
budaya. Seperti di Negara Eropa, cina dan Negara yang berkembang lainya. Ketika
kita mencoba melihat pada daerah terpencil ( desa-desa) yang hanya bisa melihat
sebuah perkembangan sains dan tekhnologi. Maka pembangunan dianggap suatu
malapetaka. Mengapa malapetaka, karena ia mempunyai asumsi dasar bahwa sulit
untuk mengikuti pola hidupnya. Terutama dalam dunia pendidikan, disebabkan
karena ekonomi lemah. Pembangunan yang memiliki orientasi materi maka seseorang
atau masyarakat untuk mengikuti negara yang sudah maju terutama dibidang
ekonomi maka dibutuhkan kreatifitas yang tinggi pada setiap personal. Tangguh,
siapa bermain dan bersaing didunia modern ini.
Budaya asing yang masuk keindonesia menyebabkan multi
efek. Budaya keindonesiaan perlahan-lahan semakin punah.berbagai iklan yang
mengantarkan kita untuk hidup gaul dalam konteks modern dan tidak trsdisional
sehingga memunculkan banyaknya kepenctingan para individu yang mengharuskan
berada diatas kepentingan orang lain. sehingga yang terjadi sifat
individualisme semakin berpeluang untuk menjadi budaya kesehariannya. Ini semua
sebenarnya terhantui akan praktik budaya yang sifatnya hanya memuaskan
kehidupan semata.
Dalam teori modernisasi dinyatakan bahwa setiap Negara
harus melakukan spesialisasi produksi sesuai dengan keuntungan komfaratif yang
dimilikinya. Negara-negara dikatulistiwa yang tanahnya subur, misalnya, lebih
baik melakukan spesialisasi dibidang produksi pertanian. Sedangkan dibumi
sebelah utara, yang iklimnya tidak cocok untuk pertanian, sebaiknya melakukan
spesialisasi produksi dibidang Industri.Mereka harus mengembangkan tekhnologi,
untuk menciptakan keunggulan komparatif bagi negrinya.
Ada dua permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat
dunia, termasuk didalamnya Indonesia yaitu masalah sosial politk dan masalah
ekonomi. Maka dari dua masalah ini sangat rumit untuk diselesaikan dikarenakan
banyaknya kepentingan yang terselubung dalam masalah diatas maka tidak salah
ada sebuah ungkapan dalam suatu masyarakat yang menginginkan kesejahteraan.
Bahwa masyarakat akan percaya pada pemerintah apabila ia mampu mejaga
kestabilan ekonomi yang secara generalnya mampu menjaga proses jalannya ekonomi
itu sendiri lebih lebih dalam suaka politik yang didalamnya berbagai
kepentingan terselubung bahkan dalam politik ini membutuhkan kejelian dan
kejeniusan dalam melihat sebuah fenomena baik itu kaitannya politik, budaya,
ekonomi, pendidikan dan lain sebagainya. Semua itu mempunyai misi yang sama
ingin menciptakan sebuah perubahan. Walaupun cara yang ia gunakan sangat
beragam. Pada akhirnya, sejarahlah yang akan membuktikannya nanti.
Langganan:
Postingan (Atom)