Minggu, 25 Maret 2012

Kebudayaan daerah menrupakan sumber kebudayaan NAS

         Kebudayaan adalah buah akal budi manusia dalam hidup bermasyarakat. Kebudayaan dapat berupa berbagai bentuk, misalnya kesenian,pengetahuan, adat-istiadat, kebiasaan-kebiasaan dan moral yang dimiliki oleh masyarakat. Kebudayaan daerah dimiliki oleh masyarakat suatu daerah dengan ciri khas yang hanya dimiliki oleh daerah tersebut. Selain itu, kebudayaan nasional juga diambil dari sejumlah unsur yang merupakan puncak-puncak kebudayaan daerah yang kemudian diangkat menjadi kebudayaan nasional. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang beraneka ragam, maka kebudayaan nasional secara tidak langsung berfungsi sebagai berikut:
1.      Mempersatukan berbagai suku bangsa,
2.      Sebagai identitas nasional dan
3.      Sebagai sarana pergaulan antarsuku bangsa Indonesia.
 Negara kita memiliki banyak objek pariwisata yang sangat potensial. Objek-objek tersebut tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Potensi yang kita miliki ini merupakan modal utama bagi pembangunan dalam bidang pariwisata.
Di dalam uraian berikut akan di kemukakan jenis objek pariwisata, faktor-faktor pendukung dan faktor-faktor penghambat pariwisata.
A.    Objek pariwisata
Objek wisata adalah tempat-tempat yang di kunjungi oleh para wisatawan domestik ataupun wisatawan luar negeri. Objek wisata di Indonesia dapat digolongkan menjadi 3 yaitu :
1.      Objek wisata alam , misalnya pantai, sungai, lembah, tebing, gua, kawah, gunung, danau, air terjun, karang, ikan laut, kebun/taman laut, suaka flora dan fauna.
2.      Objek wisata budaya, misalnya  peninggalan sejarah seperti benteng-benteng kuno, keraton, candi, makam, tempat pembuatan barang-barang seni, kesenian daerah (tarian drama daerah) upacara adat, upacara keagamaan dan taman budaya.
3.      Objek wisata buatan, misalnya taman, waduk, kolam, kawasan industri, kebun binatang dan lain-lain.
a.       Faktor pendukung
B.     Faktor-faktor alam dan budaya yang mendukung pembangunan pariwisata di Indonesia adalah sebagain berikut :
1.      Wilayah Indonesia terdiri atas 17.508 buah pulau, dengan bentuk permukaan dan pantai yang beraneka ragam. Keindahan alam flora dan fauna dapat menjadi daya tarik pariwisata. Disamping itu, Indonesia mempunyai banyak suku dengan tradisi, bahasa, dan adat-istiadat yang berbeda-beda. Hal ini menjadi daya tarik para wisatawan.
2.      Letak Indonesia yang strategis, antara dua benua dan dua samudra besar, merupakan pendukung banyaknya wisatawan yang datang ke Indonesia.
Semuanya itu merupakan potensi yang sangat besar untuk mendukung pembangunan dan pengembangan pariwisata di Indonesia.
Selain itu, dua faktor tersebut pembangunan pariwisata didukung oleh adanya faktor-faktor berikut ini :
1.      Jalur lalu lintas baik dan lancar
2.      Travel dan biro-biro pariwisata
3.      Pemandu wisata yang baik
4.      Daerah aman dan jauh dari bencana alam
5.      Hotel dan penginapan memadai
6.      Barang-barang souvenir beraneka macam dan khas.
C.     Faktor-faktor penghambat pariwisata di Indonesia
Sampai tahun 1994 Indonesia paling sedikit dikunjungi wisatawan mancanegara dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya. Singapura, Thailand, Malaysia, dan Filipina dapat menarik wisatawan antara 5,1 juta sampai 6,2 juta per tahun. Indonesia baru berhasil menarik sekitar 3,5 juta wisman selama Pelita V.
Faktor-faktor yang menghambat perkembangan di Indonesia adalah sebagai berikut :
1.      Kesadaran masyarakat akan pentingnya pariwisata relatif kurang, misalnya tentang sapta pesona pariwisata dan tanggapan terhadap para wisatawan.
2.      Prasarana penunjang, seperti jaringan transportasi, jaringan telekomunikasi, listrik, dan air bersih disejumlah daerah tujuan wisata terbatas.
3.      Pengambilan karang laut dan penangkapan ikan dengan cara yang salah menyebabkan rusaknya objek wisata bahari.
4.      Masih banyak tenaga kepariwisataan bukan lulusan sekolah atau pendidikan kepariwisataan, termasuk pemandu wisatanya.
5.      Tingkat profesionalisme pengelola pariwisata masih rendah.
Setiap daerah di wilayah Indonesia memiliki objek wisata alam, budaya maupun buatan. Berikut ini saya akan kemukakan salah satu kebudayaan yang berasal dari Jawa Tengah yaitu wayang yang ada di Indonesia.
 Wayang salah satu puncak seni budaya bangsa Indonesia yang paling menonjol di antara banyak karya budaya lainnya. Budaya wayang meliputi seni peran, seni suara, seni musik, seni tutur, seni sastra, seni lukis, seni pahat, dan juga seni perlambang. Budaya wayang yang terus berkembang dari zaman ke zaman, juga merupakan media penerangan, dakwah, pendidikan, hiburan, pemahaman filsafat, serta hiburan.
Menurut penelitian para ahli sejarah kebudayaan, budaya wayang merupakan budaya asli Indonesia, khususnya di Pulau Jawa. Keberadaan wayang sudah berabad-abad sebelum agama Hindu masuk ke Pulau Jawa. Walaupun cerita wayang yang populer di masyarakat masa kini merupakan adaptasi dari karya sastra India, yaitu Ramayana dan Mahabarata. Kedua induk cerita itu dalam pewayangan banyak mengalami pengubahan dan penambahan untuk menyesuaikannya dengan falsafah asli Indonesia.

Penyesuaian konsep filsafat ini juga menyangkut pada pandangan filosofis masyarakat Jawa terhadap kedudukan para dewa dalam pewayangan. Para dewa dalam pewayangan bukan lagi merupakan sesuatu yang bebas dari salah, melainkan seperti juga makhluk Tuhan lainnya, kadang-kadang bertindak keliru, dan bisa jadi khilaf. Hadirnya tokoh panakawan dalam_ pewayangan sengaja diciptakan para budayawan In donesia (tepatnya budayawan Jawa) untuk mem­perkuat konsep filsafat bahwa di dunia ini tidak ada makhluk yang benar-benar baik, dan yang benar-benar jahat. Setiap makhluk selalu menyandang unsur kebaikan dan kejahatan.

Dalam disertasinya berjudul Bijdrage tot de Kennis van het Javaansche Tooneel (1897), ahli sejarah kebudayaan Belanda Dr. GA.J. Hazeau menunjukkan keyakinannya bahwa wayang merupakan pertunjukan asli Jawa. Pengertian wayang dalam disertasi Dr. Hazeau itu adalah walulang inukir (kulit yang diukir) dan dilihat bayangannya pada kelir. Dengan demikian, wayang yang dimaksud tentunya adalah Wayang Kulit seperti yang kita kenal sekarang.
Bahwa seni wayang masih amat erat kaitannya dengan keadaan sosiokultural dan religi bangsa Indonesia, khususnya orang Jawa. Panakawan, tokoh terpenting dalam pewayangan, yakni Semar, Gareng, Petruk, Bagong, hanya ada dalam pewayangan Indonesia, dan tidak di negara lain. Selain itu, nama dan istilah teknis pewayangan, semuanya berasal dari bahasa Jawa.

Budaya wayang diperkirakan sudah lahir di Indonesia setidaknya pada zaman pemerintahan Prabu Airlangga, raja Kahuripan (976 -1012), yakni ketika kerajaan di Jawa Timur itu sedang makmur. Karya sastra yang menjadi bahan cerita wayang sudah ditulis oleh para pujangga Indonesia, sejak abad X. Antara lain, naskah sastra Kitab Ramayana Kakawin berbahasa Jawa Kuna ditulis pada masa pemerintahan raja Dyah Balitung (989-910), yang merupakan gubahan dari Kitab Ramayana karangan pujangga India. Selanjutnya, para pujangga Jawa tidak lagi hanya menerjemahkan Ramayana dan Mahabarata ke bahasa Jawa Kuna, tetapi menggubahnya dan menceritakan kembali dengan memasukkan falsafah Jawa kedalamnya. Contohnya, karya Empu Kanwa Arjunawiwaha Kakawin, yang merupakan gubahan yang berinduk pada Kitab Mahabarata. Gubahan lain yang lebih nyata bedanya derigan cerita asli versi In dia, adalah Baratayuda Kakawin karya Empu Sedah dan Empu Panuluh. Karya agung ini dikerjakan pada masa pemerintahan Prabu Jayabaya, raja Kediri (1130 - 1160).

Wayang sebagai suatu pergelaran dan tontonan pun sudah dimulai ada sejak zaman pemerintahan raja Airlangga. Beberapa prasasti yang dibuat pada masa itu antara lain sudah menyebutkan kata-kata "mawa yang" dan `aringgit' yang maksudnya adalah pertunjukan wayang.

Mengenai saat kelahiran budaya wayang, Ir. Sri Mulyono dalam bukunya Simbolisme dan Mistikisme dalam Wayang (1979), memperkirakan wayang sudah ada sejak zaman neolithikum, yakni kira-kira 1.500 tahun sebelum Masehi. Pendapatnya itu didasarkan atas tulisan Robert von Heine-Geldern Ph. D, Prehis toric Research in the Netherland Indie (1945) dan tulisan Prof. K.A.H. Hidding di Ensiklopedia Indone sia halaman 987.

Kata `wayang' diduga berasal dari kata `wewa yangan', yang artinya bayangan. Dugaan ini sesuai dengan kenyataan pada pergelaran Wayang Kulit yang menggunakan kelir, secarik kain, sebagai pembatas antara dalang yang memainkan wayang, dan penonton di balik kelir itu. Penonton hanya menyaksikan gerakan-gerakan wayang melalui bayangan yang jatuh pada kelir. Pada masa itu pergelaran wayang hanya diiringi oleh seperangkat gamelan sederhana yang terdiri atas saron, todung (sejenis seruling), dan kemanak. Untuk lebih menjawakan budaya wayang, sejak awal zaman Kerajaan Majapahit diperkenalkan cerita wayang lain yang tidak berinduk pada Kitab Ramayana dan Mahabarata. Sejak saat itulah cerita cerita Panji; yakni cerita tentang leluhur raja-raja Majapahit, mulai diperkenalkan sebagai salah satu bentuk wayang yang lain. Cerita Panji ini kemudian lebih banyak digunakan untuk pertunjukan Wayang Beber. Tradisi menjawakan cerita wayang juga diteruskan oleh beberapa ulama Islam, di antaranya oleh para Wali Songo. Mereka mulai mewayangkan kisah para raja Majapahit, di antaranya cerita Damarwulan.

Masuknya agama Islam ke Indonesia sejak abad ke-15 juga memberi pengaruh besar pada budaya wayang, terutama pada konsep religi dari falsafah wayang itu. Pada awal abad ke-15, yakni zaman Kerajaan Demak, mulai digunakan lampu minyak berbentuk khusus yang disebut blencong pada pergelaran Wayang Kulit.

Sejak zaman Kartasura, penggubahan cerita wayang yang berinduk pada Ramayana dan mahabarata makin jauh dari aslinya. Sejak zaman itulah masyarakat penggemar wayang mengenal silsilah tokoh wayang, termasuk tokoh dewanya, yang berawal dari Nabi Adam. Sisilah itu terus berlanjut hingga sampai pada raja-raja di Pulau Jawa. Dan selanjutnya, mulai dikenal pula adanya cerita wayang pakem. yang sesuai standar cerita, dan cerita wayang carangan yang diluar garis standar. Selain itu masih ada lagi yang disebut lakon sempalan, yang sudah terlalu jauh keluar dari cerita pakem.

Memang, karena begitu kuatnya seni wayang berakar dalam budaya bangsa Indonesia, sehingga terjadilah beberapa kerancuan antara cerita wayang, legenda, dan sejarah. Jika orang India beranggapan bahwa kisah Mahabarata serta Ramayana benar-benar terjadi di negerinya, orang Jawa pun menganggap kisah pewayangan benar-benar pernah terjadi di pulau Jawa.

Dan di wilayah Kulonprogo sendiri wayang masih sangatlah diminati oleh semua kalangan. Bukan hanya oleh orang tua saja, tapi juga anak remaja bahkan anak kecil juga telah biasa melihat pertunjukan wayang. Disamping itu wayang juga biasa di gunakan dalam acara-acara tertentu di daerah kulonprogo ini, baik di wilayah kota Wates ataupun di daerah pelosok di Kulonprogo.
Hal yang harus dilakukan dalam menghadapi ini adalah menumbuhkan kesadaran, bahwa kebudayaan daerah dapat sangat efektif untuk bekal memasuki global village (desa global) maupun global culture (budaya global). Selain itu, kita juga harus menjaga dan melestarikan kebudayaan supaya tidak di klaim oleh negara lain, karena dengan adanya ragam budayadi Indonesia bisa mempersatu bangsa dari sabang sampai merauke.


Sumber :
Alfian. Persepsi Masyarakat tentang kebudayaan, Jakarta: PT Gramedia, 1985.

KEBUDAYAAN DAERAH menjadi KEBUDAYAAN NASIONAL INDONESIA

 
Mengapa hal ini bisa menjadi unsure Kebudayaan Nasional???

 Karena tidak ada suatu negara yang maju bila tidak ada suatu kebudayaan atau tradisi asli dari negara itu sendiri. Dan hal itu berawal dari lingkungan yang kecil yaitu daerah. Banyak sekali keanekaragaman budaya daerah di Indonesia. Dari jenis, cara pemakaian, dan lain-lain. Tidak sedikit pula orang-orang asing yang telah mengakui kebudayaan daerah di Indonesia. Mereka tahu karena ini semua terjadi melalui proses perkenalan. Dimana kebudayaan ini di perkenalkan ke mata internasional secara perlahan namun pasti. Bahkan hingga kini masih banyak anak bangsa yang tengah berjuang di Negara tetangga demi memperkenalkan serta mengahrumkan nama Indonesia di kancah Internasional.
            Namun hal buruknya adalah kesadaran dari semua warga Indonesia belum sepenuhnya membulat di tekad mereka masing-masing. Masih banyak oknum-oknum tertentu yang hanya manis di bibir namun pahit dalam realitanya. Sampai saat ini hal seperti itu masih di katakan wajar, karena apa?? Pemerintah Indonesia sendiripun tidak jauh berbeda dengan para warganya. Tidak ada wujud kepedulian dan kekhawatiran akan kebudayaan yang semakin lama terkikis direbut negara tetangga. Ketika telah direbut barulah pemerintah, masyarakat dan lembaga-lembaga tertentu berteriak meminta tolong karena kebudayaan ibu pertiwi telah dicuri. Bagaikan orang yang kebakaran jenggot ! hah Indonesia bagaikan kepenuhan human error..! hahaha.

Alasan kebudayaan daerah bisa menjadi kebudayaan nasional :

*      Kebudayaan daerah adalah titik cikal bakal terbentuknya negara Indonesia.
*      Keanekaragaman budaya lokal yang ada di Indonesia.
*      Kebudayaan lokal yang dimiliki tiap daerah memiliki kekuatan sendiri.
*      Kepercayaan orang-orang di daerah masih terlihat mistik, ini menjadi hal yang unik di mata negara luar.
*      Kebudayaan daerah sebagai tiang dari keberadaan budaya nasional.
*      Kesatuan budaya daerah sebagai identitas keberadaan di negara Indonesia.

Tantangan dalam menjaga kebudayaan sangat besar. Karena sekarang adalah zaman globalisasi yang segala sesuatunya tidak di batasi dalam ruang. Siapaun, dimanapun dan kapanpun bisa melakukan transaksi, komunikasi dan adaptasi secara bebas. Tinggal diri sendiri yang berusaha untuk mengatur baik buruk dari pengaruh luar tersebut. Dari kecerobohan yang menganggap sepele terhadap lingkungan bebas, secara tidak sadar beberapa asset negara terpental ke negara tetangga secara halus. Inilah kasus yang terlihat kecil (dimata Indonesia) namun besar untuk diproses. Jika tidak ada kekompakkan antara pemerintah, masyarakat dan penegak hukum yaaa akan sulit diselesaikan!
            Masyarakat adalah responses pertama yang menyadari suatu keganjilan dalam Negara. Terutama Indonesia, masalah kecil akan menjadi besar karena kesukarelaan mereka dalam berdemonstrasi. Ini adalah citra buruk yang sejauh ini masih menjadi kebiasaan masyarakat Indonesia. Jadi, penjabaran dari tantangan tersebut antara lain :

¤   Perkembangan Globalisasi ; banyaknya produk luar di Indonesia, banyaknya barang tradisional yang sulit untuk menembus pasar Internasional, penawaran harga lebih terjangkau dibanding harga lokal.
¤   Kemajuan Teknologi ; anak muda lebih memilih bermain dan mempelajari berbagai macam teknologi dibanding kebudayaan sendiri.
¤   Bersaing dengan kebudayaan negara asing.

Maybe apa yang saya jelaskan terlalu sedikit, namun ini salah satunya. Kebudayaan nasional adalah kebudayaan yang tidak sama dengan Negara lain. Ini semua adalah warisan dari para leluhur yang harus tetap dijaga. Namun tetap mempercayai Sang Maha Pencipta sesui dengan keyakian dan kepercayaan masing-masing.

Contoh kasus
KASUS KLAIM MALAYSIA ATAS BUDAYA INDONESIA

Ini adalah kesekian kali kita mendengar bahwa Malaysia sebagai negara tetangga kita mengatakan kalau beberapa budaya di Indonesia adalah karya budaya milikinya. Sebenarnya kami sudah menahan ini terlalu lama namun kali ini Negara tetangga kita itu sudah sangat keterlaluan dan perlu ditindak tegas agar mereka tahu bahwa Indonesia bukanlah negara yang cuma diam ketika Budaya nya di Klaim oleh pihak lain yang tidak menguntunkan sekali terhadap Indonesia. Sebelumnya negara tetangga kita itu Si M,telah mengklaim beberapa karya anak bangsa Indonesia yang jelas-jelas dunia luar tahu kalau itu milik Indonesia murni. Karya yang sebelumnya diklaim milik negara M antara lain :
1.     Ada Batik yang dikatakan miliknya
2.     Rasa Sayang – sayange
3.     Reog Ponorogo
4.     Angklung yang jelas - jelas adalah identitas orang Sunda di Jawa Barat.
Ketika hal itu masih jadi luka bagi Indonesia,kini Negara M malah mengklaim budaya yang lebih mengejutkan, yaitu Tari Pendet atau tari selamat datang dari BALI.
Hal ini agak aneh karena Tari Pendet ini adalah tarian khas milik Bali saja yang digunakan untuk menyambut tamu dari luar Bali seperti tarian ala Hawaii untuk menyambut tamunya yang datang ke Hawaii.
Tentu saja Tari ini sudah dikenal sejak tahun 1950 sebagai tarian khas Bali punya yang bahkan dunia tahu benar kalau itu adalah Tari Pendet dan Pendet itu dari Bali.
Asal diketahui saja tari pendet tidak ada hubungannya sama sekali dengan kebudayaan Melayu yang seperti pernah dikatkan merupakan Griya arya atau entah apa namanya.
Yang jelas Tari pendet merupakan budaya dan karya milik Bali yang memilki daya tarik dan ciri khas nya sendiri. Mengetahui tari Bali itu diklaim oleh negara tetangga kita itu,Tentu saja warga Bali sangat terkejut dan langsung memprotes negara tersebut agar meminta maaf kepada warga Bali khusunya.

Indonesia sendiri juga telah mengajukan surat teguran agar Negara tetangga kita itu tidak asal mengklaim dan harus meminta maaf terhadap warga Indonesia khususnya bali selain itu jika ingin menampilkan kebudayaan orang lain harus sesuai dengan aturan dan meminta Ijin terhadap negara yang bersangkutan dalam hal ini Indonesia. Indonesia sendiri memang sewajarnya dimaklumi karena kita yang beraneka ragam suku maka muncul berbagai keragaman yang begitu banyak sehingga rawan dengan pencurian karya budaya orang.

Maka oleh itu langkah pertama indonesia adalah mendata setiap budaya dan Karya anak bangsa agar nantinya dapat diselamtkan dan kalupun bisa dipatenkan.
Ini merupakan tugas berat yang harus diemban oleh Departemen Pariwisata dan Budaya demi menyelamatkan Budaya Sendiri dari kasus klaim yang terjadi seperti sekarang ini.
Saat ini baru Keris dan wayang yang telah dipatenkan selain itu Yang diajukan adalah Angklung,Batik,dan dibelakang masih menunggu Ratusan karya budaya bangsa yang ingin sekali dipatenkan.

Selain itu cara yang paling efisien dalam menjaga budaya sendiri adalh dengan terus melestarikannya dan jangan sampai kita lupa akan budaya khas dari daerah kita dan malah berpindah kebudaya luar yang tidak menunjukan ketimuran kita.
Sebagai negara yang bebas menerima pengaruh dari luar kita harus menyaring apakah budaya itu cocok bagi kita apa tidak sehingga Budaya asli kita tetap bertahan dan beriringan dengan budaya modern. Oleh Karena itu disinilah peran terbesar generasi muda kita untuk terus mengembangkan dan melestarikan potensi dan budaya asli kita.
KALAU BUKAN KITA SEBAGAI GENERASI MUDA LANTAS SIAPA LAGI DONK !!!!!
sekian,Reportase dari Media Anime And Portal News Rubrik Berita Atau News.



URL


URL singkatan dari Uniform Resource Locator, adalah rangkaian karakter menurut suatu format standar tertentu, yang digunakan untuk menunjukkan alamat suatu sumber seperti dokumen dan gambar di Internet. URL merupakan suatu inovasi dasar bagi perkembangan sejarah Internet. URL pertama kali diciptakan oleh Tim Berners-Lee pada tahun 1991 agar penulis-penulis dokumen-dokumen dapat merujuk pranala ke Waring Wera Wanua atau World Wide Web. Sejak 1994, konsep URL telah dikembangkan menjadi istilah Uniform Resource Identifier (URI) yang lebih umum sifatnya. Walaupun demikian, istilah URL masih tetap digunakan secara luas. URL menunjukkan sumber daya Internet atau alamat sebuah halaman web (homepage) yaitu halaman suatu dokumen atau program yang ingin ditampilkan atau digunakan. Secara umum perlu memasukkan tiga informasi untuk menuju ke alamat tertentuyaitu :
Bagian pertaman URL menunjukkan protokol misalnya http:// atau https://. Protokol adalah persetujuan bersama yang digunakan untuk berkomunikasi dengan Hypertext Transfer Protocol.  Bagian kedua URL menunjukkan alamat server dimana sumber daya tersebut terletak, misalnya www.microsoft.com untuk website Microsoft Corporation. Bagian ketiga URL adalah path file yaitu menunjukkan lokasi dan nama dokument atau program dalam server tersebut, misalnya: kb/deskapp/word/q1974.html. di mana kb/deskapp/word/ adalah lokasi file dan q1974.html adalah nama berkas.[2] hksjsaf fsakfsaf saafnsa
Ada dua tipe URL yang dapat digunakan,  yaitu:
  • Absolute URL (URL Absolut), merupakan alat lengkap yang menyertakan domain pada jaringan yang tepat, direktori di dalam domain, dan file di dalam direktori.[3]
  • Relative URL (URL Relatif), menentukan suatu alamat berdasarkan URL yang aktif pada saat itu.
Berikut ini adalah sintaks dan tipe URL: Service://host:port/path/filename.extension (Absolut)
Sedangkan dalam penggunaan URL tersebut dengan tag adalah sebagai berikut:
URL merupakan sebuah mekanisme untuk mengenali sumber-sumber pada web, SSL, atau server FTP, termasuk protokol layer aplikasi yang membuat permintaan (request) ke server web seperti contoh URL http://www.coba.com/images/hardware/pda.html. URL tersebut dapat dijelaskan per bagian. Berkas pda.html sedang di-request oleh protokol HTTP dari sebuah server bernama www.coba.com. Lokasi pda.html dalam ruang situs tersebut adalah pada direktori /images/hardware. Contoh lain seperti
Kemungkinan besar URL di atas dapat dimanfaatkan peretas (hacker). Dugaan pertama bisa ditarik dari nama sumbernya, buy.asp. Ekstensi .asp menandakan bahwa berkas ini adalah ASP. Berkas-berkas ASP berjalan secara khusus pada web server Microsoft, yaitu IIS. Dengan demikian kemungkinan besar www.coba.com berjalan pada Windows NT/2000/XP. Dari parameter-parameternya, dapat ditemukan lagi beberapa petunjuk. Parameter pertama, item=A003, menandakan bahwa item yang sedang dibeli itu mendapatkan kode item dan rincian item pasti disimpan pada basis data / database

Minggu, 11 Maret 2012

SOSIALISASI DAN PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN


A. Pengertian Sosialisasi

Manusia berbeda dari binatang. Perilaku pada binatang dikendalikan oleh instink/naluri yang
merupakan bawaan sejak awal kehidupannya. Binatang tidak menentukan apa yang harus
dimakannya, karena hal itu sudah diatur oleh naluri. Binatang dapat hidup dan melakukan
hubungan berdasarkan nalurinya.
Manusia merupakan mahluk tidak berdaya kalau hanya mengandalkan nalurinya. Naluri manusia tidak selengkap dan sekuat pada binatang. Untuk mengisi kekosongan dalam
kehidupannya manusia mengembangkan kebudayaan. Manusia harus memutuskan sendiri
apa yang akan dimakan dan juga kebiasaan-kebiasaan lain yang kemudian menjadi bagian
dari kebudayaannya. Manusia mengembangkan kebiasaan tentang apa yang dimakan,
sehingga terdapat perbedaan makanan pokok di antara kelompok/masyarakat. Demikian juga
dalam hal hubungan antara laki-laki dengan perempuan, kebiasaan yang berkembang dalam
setiap kelompok menghasilkan bermacam-macam sistem pernikahan dan kekerabatan yang
berbeda satu dengan lainnya.
Dengan kata lain, kebiasaan-kebiasaan pada manusia/masyarakat diperoleh melalui proses
belajar, yang disebut sosialisasi. Berikut beberapa definisi mengenai sosialisasi.
Peter L. Berger:
Sosialisasi adalah proses dalam mana seorang anak belajar menjadi seseorang yang
berpartisipasi dalam masyarakat. Yang dipelajari dalam sosialisasi adalah peran-peran,
sehingga teori sosialisasi adalah teori mengenai peran (role theory).
Robert M.Z. Lawang:
Sosialisasi adalah proses mempelajari nilai, norma, peran dan persyaratan lainnya yang
diperlukan untuk memungkinkan seseorang dapat berpartisipasi secara efektif dalam
kehidupan sosial.
Horton dan Hunt:
Suatu proses yang terjadi ketika seorang individu menghayati nilai-nilai dan norma-norma
kelompok di mana ia hidup sehingga terbentuklah kepribadiannya.
Dalam proses sosialisasi terjadi paling tidak tiga proses, yaitu: (1) belajar nilai dan norma
(sosialisasi), (2) menjadikan nilai dan norma yang dipelajari tersebut sebagai milik diri
 (internalisasi), dan (3) membiasakan tindakan dan perilaku sesuai dengan nilai dan norma
yang telah menjadi miliknya (enkulturasi).








B. Fungsi Sosialisasi

1. Bagi individu: agar dapat hidup secara wajar dalam kelompo/masyarakatnya,       sehingga tidak aneh dan diterima oleh warga masyarakat lain serta dapat berpartisipasi aktif
sebagai anggota masyarakat
2. Bagi masyarakat: menciptakan keteraturan sosial melalui pemungsian sosialisasi sebagai sarana pewarisan nilai dan norma serta pengendalian sosial.

C. Macam-macam Sosialisasi

1. Berdasarkan berlangsungnya: sosialisasi yang disengaja/disadari dan tidak
disengaja/tidak disadari.
Sosialisasi yang disengaja/disadari: Sosialisasi yang dilakukan secara sadar/disengaja:
pendidikan, pengajaran, indoktrinasi, dakwah, pemberian petunjuk, nasehat, dll.
Sosialisasi yang tidak disadari/tidak disengaja: perilaku/sikap sehari-hari yang
dilihat/dicontoh oleh pihak lain, misalnya perilaku sikap seorang ayah ditiru oleh anak
laki-lakinya, sikap seorang ibu ditiru oleh anak perempuannya, dst.

2. Menurut status pihak yang terlibat: sosialisasi equaliter dan otoriter.
Sosialisasi equaliter berlangsung di antara orang-orang yang kedudukan atau statusnya
relatif sama, misalnya di antara teman, sesama murid, dan lain-lain, sedangkan sosialisasi
otoriter berlangsung di antara pihak-pihak yang status/kedudukannya berbeda misalnya
berlangsung antara orangtua dengan anak, antara guru dengan murid, antara pimpinan
dengan pengikut, dan lain-lain.

3. Menurut tahapnya: sosialisasi primer dan sekunder.
Sosialisasi primer dialami individu pada masa kanak-kanak, terjadi dalam lingkungan
keluarga, individu tidak mempunyai hak untuk memilih agen sosialisasinya, individu
tidak dapat menghindar untuk menerima dan menginternalisasi cara pandang keluarga
Sosialisasi sekunder berkaitan dengan ketika individu mampu untuk berinteraksi dengan
orang lain selain keluarganya.
4. Berdasarkan caranya: sosialisasi represif dan sosialisasi partisipatoris.
Apabila mengacu pada cara-cara yang dipakai dalam sosialisasi , terdapat dua pola, yaitu
represif, dan partisipatoris.
Sosialisasi Represif menekankan pada:
(1) penggunaan hukuman,
(2) memakai materi dalam hukuman dan imbalan,
(3) kepatuhan anak pada orang tua,
(4) komunikasi satu arah (perintah),
(5) bersifat nonverbal,
(6) orang tua sebagai pusat sosialisasi sehingga keinginan orang tua menjadi penting, dan
(7) keluarga menjadi significant others.


Sedangkan sosialisasi partisipatoris menekankan pada
(1) individu diberi imbalan jika berkelakuan baik,
(2) hukuman dan imbalan bersifat simbolik,
(3) anak diberi kebebasan,
(4) penekanan pada interaksi,
(5) komunikasi terjadi secara lisan/verbal,
(6) anak pusat sosialisasi sehingga keperluan anak dianggap penting, dan
(7) keluarga menjadi generalized others.

D. Tahap-tahap Sosialisasi

George Herbert Mead menjelaskan bahwa diri manusia berkembang secara bertahap
melalui interaksinya dengan anggota masyarfakat yang lain, mulai dari play stage, game
stage, dan generalized other.
Tahap 1: Preparatory
Dalam tahap ini individu meniru perilaku orang-orang yang ada di sekitarnya, tetapi
belum mampu memberi makna apapun pada tindakan yang ditiru.
Merupakan peniruan murni.
Tahap 2: Play Stage
Play Stage, atau tahap permainan, anak mulai memberi makna terhadap perilaku yang ditiru.
Mulai mengenal bahasa. Mulai mendefinisikan siapa dirinya (identifikasi diri) sebagaimana
definisi yang diberikan oleh significant other.
Significant other merupakan orang yang secara nyata penting bagi seseorang dalam proses
sosialisasi. Bagi anak-anak dalam tahap play stage, orangtua merupakan significant other.
Bahkan, anak-anak tidak dapat memilih siapa significant other-nya!
Ketika ada yang menyapa: “Hi, Agus”, maka anak mengerti: “Oh – aku Agus”. “Hi, Pintar”.
“Oh, aku pintar”. “Bodoh banget kamu”. “Oh, aku bodoh banget”, dan setertusnya. Definisi
diri pada tahap ini sebagaimana yang diberikan oleh significant other.
Tahap 3 Game Stage
Tahap ini berbeda dari tahap permainan, karena tindakan meniru digantikan dengan
tindakan yang disadari.
Tidak hanya mengetahui peran yang dijalankannya, tetapi juga peran orang lain dengan
siapa ia berinteraksi.
Bisakah Anda membedakan antara “bermain bola” dengan “pertandingan sepakbola”?
Bermain bola dapat dilakukan oleh anak-anak pada yang telah mengalami sosialisasi
tahap play stage, tetapi bertanding sepakbola baru dapat dilakukan oleh anak-anak yang
telah mengalami sosialisasi pada tahap game stage. Mengapa demikian? Karena dalam
pertandingan sepakbola ada prosedur dan tatacara yang harus ditaati. Anak-anak akan


memahami tentang prosedur dan tatacara apabila telah mengalami sosialisasi pada tahap
game stage.
Tahap 4: Generalized Other
Pada tahap ini individu telah mampu mengambil peran yang dijalankan oleh orang-orang
dalam masyarakatnya, ia telah mampu berinteraksi dan memainkan perannya dengan
berbagai macam orang dengan status, peran dan harapan yang berbeda-beda dalam
masyarakatnya.

E. Agen-agen Sosialisasi

Agen sosialisasi adalah pihak-pihak yang melaksanakan sosialisasi. Dapat juga disebut
sebagai media sosialisasi.
Jacobs dan Fuller (1973), mengidentifikasi empat agen utama sosialisasi, yaitu: (1)
keluarga, (2) kelompok pertemanan, (3) lembaga pendidikan, dan (4) media massa. Para ahli
sosiologi menambahkan juga peran dan pengaruh dari lingkungan kerja.




1. Keluarga sebagai agen/media sosialisasi
Keluarga merupakan satuan sosial yang didasarkan pada hubungan darah (genealogis),
dapat berupa keluarga inti (ayah, ibu, dan atau tanpa anak-anak baik yang dilahirkan
maupun diadopsi), dan keluarga luas, yaitu keluarga yang terdiri atas lebih dari satu
keluarga inti yang mempunyai hubungan darah baik secara hirarkhi maupun horizontal.
Nilai dan norma yang disosialisasikan di keluarga adalah nilai norma dasar yang
diperlukan oleh seseorang agar nanti dapat berinteraksi dengan orang-orang dalam
masyarakat yang lebih luas.
Pihak yang terlibat (significant other):
Pada keluarga inti: ayah, ibu saudara kandung, pada keluarga luas: nenek, kakek, paman,
bibi, pada masyarakat menengah perkotaan sejalan dengan meningkatnya partisipasi kerja
perempuan: baby sitter, pembantu rumah tangga, petugas pada penitipan anak, guru pada
play group, dll.

2. Kelompok pertemanan sebagai agen/media sosialisasi
Dalam lingkungan teman sepermainan lebih banyak sosialisasi yang berlangsung
equaliter, seseorang belajar bersikap dan berperilaku terhadap orang-orang yang setara
kedudukannya, baik tingkat umur maupun pengalaman hidupnya.
Melalui lingkungan teman sepermainan seseorang mempelajari nilai-nilai dan normanorma
dan interaksinya dengan orang-orang lain yang bukan anggota keluarganya.
            Di sinilah seseorang belajar mengenai berbagai keterampilan sosial, seperti kerjasama, mengelola konflik, jiwa sosial, kerelaan untuk berkorban, solidaritas, kemampuan untuk mengalah dan keadilan. Di kalangan remaja kelompok sepermainan dapat berkembang
menjadi kelompok persahabatan dengan frekuensi dan intensitas interaksi yang lebih
mantap. Bagi seorang remaja, kelompok persahabatan dapat berfungsi sebagai
penyaluran berbagai perasaan dan aspirasi, bakat, minat serta perhatian yang tidak
mungkin disalurkan di lingkungan keluarga atau yang lain.
Peran positif kelompok sepermainan/persahabatan:
memberikan rasa aman dan rasa yang dianggap penting dalam kelompok yang
berguna bagi pengembangan jiwa
menumbuhkan dengan baik kemandirian dan kedewasaan
tempat yang baik untuk mencurahkan berbagai perasaaan: kecewa, takut, kawatir,
suka ria, dan sebagainya, termasuk cinta.
Merupakan tempat yang baik untuk mengembangkan ketrampilan sosial: kemampuan
memimpin, menyamakan persepsi, mengelola konflik, dan sebagainya
Tentu saja ada peran kelompok persahabatan yang negatif, seperti perilaku-perilaku yang
berkembang di lingkungan delinquen (menyimpang), misalnya gang.

3. Sistem/lingkungan pendidikan sebagai agen/media sosialisasi
Dilingkungan pendidikan/sekolah anak mempelajari sesuatu yang baru yang belum
dipelajari dalam keluarga maupun kelompok bermain, seperti kemampuan membaca,
menulis, dan berhitung.
Lingkungan sekolah terutama untuk sosialisasi tentang ilmu pengetahuan dan teknologi serta nilai-nilai kebudayaan yang dipandang luhur dan akan dipertahankan
kelangsungannya dalam masyarakat melalui pewarisan (transformasi) budaya dari
generasi ke generasi berikutnya.
Fungsi sekolah sebagai media sosialisasi antara lain:
mengenali dan mengembangkan karakteristik diri (bakat, minat dan kemampuan)
melestarikan kebudayaan
merangsang partisipasi demokrasi melalui pengajaran ketrampilan berbicara dan
pengembangan kemampuan berfikir kritis, analistis, rasional dan objektif
memperkaya kehidupan dengan cakrawala intelektual serta cita rasa keindahan
mengembangkan kemampuan menyesuaikan diri dan kemandirian
membelajarkan tentang hidup sehat, prestasi, universalisme, spesifisitas, dll.

4. Sistem/lingkungan kerja sebagai agen/media sosialisasi
Di lingkungan kerja seseorang juga belajar tentang nilai, norma dan cara hidup. Tidaklah berlebihan apabila dinyatakan bahwa cara dan prosedur kerja di lingkungan militer
berbeda dengan di lingkungan sekolah atau perguruan tinggi. Seorang anggota tentara
akan bersosialisasi dengan cara kerja lingkungan militer dengan garis komando yang
tegas. Dosen atau guru lebih banyak bersosialisasi dengan iklim kerja yang lebih
demokratis.
S

5. Peran media massa
Para ilmuwan sosial telah banyak membuktikan bahwa pesan-pesan yang disampaikan melalui media massa (televisi, radio, film, internet, surat kabar, makalah, buku, dst.)memberikan pengaruh bagi perkembangan diri seseorang, terutama anak-anak.
Beberapa hasil penelian menyatakan bahwa sebagaian besar waktu anak-anak dan remaja
dihabiskan untuk menonton televisi, bermain game online dan berkomunikasi melalui
internet, seperti yahoo messenger, google talk, friendster, facebook, dll.
Diakui oleh banyak pihak bahwa media massa telah berperan dalam proses homogenisasi,
bahwa akhirnya masyarakat dari berbagai belahan dunia memiliki struktur dan
kecenderungan cara hidup yang sama.